"Aku nggak ngerti ah." Shadha melempar berkas yang baru di bacanya. Haidar menatap Shadha yang menyandarkan tubuh di kepala ranjang. "Aku nggak minta kamu buat ngerti." "Yah memang tapi kamu terlalu sibuk sama berkas itu." "Kamu tahu sendiri kalau aku akhir-akhir ini banyak kerjaan." "Iya tau kok tapi kenapa kamu harus susah-susah sih, udah tinggal pecat aja gampang kan." Ujar Shadha sambil melipat tangan di d**a. Haidar menghela nafas, "Nggak segampang itu buat mecat mereka." "Kenapa nggak bisa? Itu kan udah ada buktinya." "Bukti ini nggak cukup kuat, kalau pun sekarang aku minta di selidiki orang-orang di kantor pasti bakal ngelapor sama Papa." "Ih kamu masih mau aja manggil dia Papa." Ucap Shadha dengan menampilkan wajah menyebalkan. "Bagaimana pun beliau udah baik sama