Part 132. Sisi Lain

1857 Kata

Di rumah Malaka Hutama, suasana mencekam. Sang pemilik rumah berjalan mondar-mandir, dengan wajah memerah menahan amarah. Sementara itu, dua orang pria dengan rambut yang sudah sebagian memutih, terlihat sibuk dengan ponsel masing-masing. Mereka sedang menghubungi keluarga mereka di Surabaya. Memberitahukan apa yang sedang terjadi. Kepulangan mereka terpaksa tertunda, karena mereka tidak bisa meninggalkan Janu begitu saja. Gea meremas kaitan tangannya berkali-kali. Keranjang buah sudah ia letakkan ke atas meja. Niatnya menjenguk sang nyonya rumah—urung. Kakinya masih lemas. Di sampingnya, seorang wanita yang lebih muda darinya, juga tampak tidak baik-baik saja. Raut panik terlihat jelas di wajahnya. “Bagaimana ini… bagaimana ini…” gumam Anik, yang masih panik. Memikirkan salah satu anak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN