Part 111. Berbahagia vs Bersedih

1904 Kata

Janu turun dari mobil. Melangkah menuju rumah besar milik sang atasan. Bibir pria tersebut mengulas senyum, begitu netranya menangkan sepasang anak kembar yang sudah berlari ke arahnya. Menurunkan tubuh—untuk bisa menyambut keduanya. membawa dua anak kecil itu dalam rengkuhan lengan kokohnya. “Kalian bertambah berat,” ucapnya. Bukannya kesal, dua anak dalam gendongan Janu yang sudah kembali menegakkan tubuh, dan mulai menghela langkah ke dalam rumah tersebut—justru tertawa bersama. “You’ll gain weight if you live here, Om,” ucap Kala memberitahu. Janu terkekeh. Kepala pria itu mengangguk kecil. Ia paham maksud sang anak. Ia tahu seenak apa masakan sang nyonya rumah. Pantas saja suaminya selalu memilih makan di rumah, kalau bukan terpaksa karena meeting bersama kolega. “Hu um…” gumam Dewa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN