Di luar ruang kerja sang atasan, Rela hanya bisa berkali-kali mengelus d**a, sembari sesekali beristiqfar--saat mendengar entah teriakan, atau suara gebrakan meja. Setelah pulang dari urusan luar—yang entah apa, Rela tidak tahu. Pria itu terus-terusan mengamuk. Rela bahkan sudah ketar-ketir kalau-kalau penyakit sang atasan kambuh. Ia sudah mencoba menghubungi Tommy—pria yang belakangan ini menggantikan posisi Haris—dekat dengan sang atasan. Memberitahu ketakutannya. Takut jika atasannya tersebut collaps, karena terus menerus marah. Yang cuma Tommy jawab dengan kalimat, “Saya sedang sibuk. Kamu hubungi saja istrinya.” Ughhh… Mana berani dia menghubungi istri sang atasan. Ia saja masih waswas bagaimana nasibnya, kalau sang atasan tahu ia sudah membocorkan masalah perusahaan pada sang istri.