“Abang nggak mau mampir dulu?” tawar Mekka, begitu mobil berhenti di depan rumah, dan ia melepas seat belt. Namun, ketika menoleh ke samping, pria yang baru saja mentraktirnya makan siang, sekaligus mengantarnya pulang—tampak tak berniat melepas seat belt. Janu menoleh, menatap sang penanya dengan alis berkerut. “Saya bukan anak sekolah yang pulang jam satu siang,” sahutnya, yang kemudian membuat Mekka meringis. Ia lupa. “He... he…Mekka lupa.” Anak itu terkekeh. “Ya udah. Mekka turun. Abang hati-hati di jalan,” pamitnya. Setelah melihat kepala Janu mengangguk, Mekka segera membuka pintu, lalu menuruni mobil. Gadis itu masih berdiri mengamati, hingga mobil yang Janu kendarai berbalik, lalu melaju keluar pekarangan rumahnya. Janu melajukan mobilnya kembali menuju kantor—kali ini ditemani