16. Si Perusak Suasana

1925 Kata
"Saya sudah distibusikan proyek baru untuk kalian." Tarendra berucap sambil berdiri di depan pintu ruangannya dan mengitarkan pandangannya pada anak buahnya satu per satu, "Kalian bisa cek di portal kalian masing-masing dan saya sudah take notes untuk masing-masing proyek termasuk deadline yang kalian harus penuhi." Kalau ada pembahasan yang bisa dihindari oleh keenam anggota squad pembuat keajaiban itu dengan bos mereka maka pembahasan mengenai distribusi proyek baru akan menjadi urutan pertama dalam list. Tapi sayangnya dalam hidup ada hal-hal yang sudah digariskan terjadi dan mau tidak mau harus mereka hadapi. Seperti pagi ini ketika tiba-tiba Tarendra keluar dari ruangannya dan memberi pengumuman dan keenam anggota squad pembuat keajaiban itu hanya bisa mengangguki ucapan bos mereka sebagai respon atas ucapan bos mereka namun dalam hati keenamnya kini semuanya sedang berteriak. Deadline mereka saja belum selesai dan Tarendra datang dengan kabar baru saja mendistribusikan proyek baru. "Ada pertanyaan?" Keenam anak buah Tarendra pun kompak menggelengkan kepala mereka. "Good. Saya hari ini akan ada meeting dengan manajemen Track. Kalau ada pertanyaan bisa kirim via chat saja dulu." Keenam anak buah Tarendra pun kompak menganggukan kepala mereka. "Baik, Pak." Tarendra berjalan lurus kearah pintu keluar namun ditengah-tengah ruangan, Tarendra menghentikan langkahnya dan menatap Putri, "Hari ini jangan ada yang lembur. Cari resto atau apapun, kalian makan bersama. Tagihannya kirim ke saya." Putri langsung memasang wajah cerah. Senyum wanita itu mengembang sempurna sambil mengangkat kedua jempolnya pada bosnya itu, "Baik, Pak." Tarendra tersenyum lalu mengalihkan pandangannya pada Bimo, "Bim, bantu Putri urus kayak biasa." Bimo dengan santai menganggukkan kepalanya. "Baik, Bos." Tarendra kembali melanjutkan langkahnya lalu keluar dari ruangan divisinya itu. Kilara menatap kepergian Tarendra dan memastikan pintu ruangan sudah tertutup sempurna baru wanita itu angkat suara, "Gue curiga dia kasih banyak proyek baru nih." Bagas terkekeh, "Kan udah biasa, Ki. Dia akan traktir kita kalau dia ngebom kita sama banyak proyek baru." Putri mengangguk sambil menatap layar laptopnya. Putri langsung memeriksa portal miliknya dan benar saja ada sederet tugas baru yang dikirimkan oleh Yang Mulia Tarendra Demonio Bagaskara di portal miliknya. Putri pun memasang wajah nelangsa dan mengangkat kepalanya menatap Bagas. Bagas terkekeh miris. Anggota squad pembuat keajaiban memang sudah terbiasa dengan situasi dan kondisi dar der dor yang dibuat oleh Tarendra. Sikap dan sifat pria itu pun sudah tidak asing lagi bagi keenam anggota squad itu. Namun ditengah-tengah serbuan minus yang Tarendra hadirkan dalam divisinya, pria itu masih memiliki sedikit belas kasih yang membuat anak buahnya merasakan sedikit kebahagiaan. "Gue kerja di coffee shop sebelah deh. Mumet gue." Wilson berucap sambil berdiri dan membawa laptopnya. Ivan yang menengok ke arah Wilson pun menegakkan posisi tubuhnya, "Gue ikutan dong." "Jangan lupa kasih kabar si bos dulu." Bagas angkat suara sambil menatap Wilson dan Ivan. Untungnya Tarendra paham terkadang anak buahnya memerlukan udara segar untuk menyegarkan kepala mereka dan Tarendra tidak keberatan kalau anak buahnya mengerjakan pekerjaan mereka di lapangan atau di kedai kopi dekat kantor dengan catatan mereka memberi kabar pada Tarendra sehingga Tarendra tau dimana posisi mereka. Tarendra mengerti kalau mengerjakan desain membutuhkan inspirasi dan terkadang berada di tempat berbeda memberi inspirasi baru sehingga Tarendra tidak mempermasalahkan perkara dimana karyawannya ingin mengerjakan pekerjaan mereka asal pekerjaan mereka selesai tentunya. Kilara menatap layar laptopnya yang kini sedang menampilkan portal miliknya dengan wajah nelangsa. Ada sepuluh item baru di tugas baru yang Tarendra berikan. Sepuluh desain yang harus ia dan timnya kerjakan. "Dia teraktir makan tapi kasih kerjaan kayak orang kerja rodi." Bimo yang mendengar gerutuan Kilara pun menatap wanita itu, "Dapet berapa proyek baru emang lo, Ki?" "Sepuluh." Kilara memasang wajah lesu "Pak Taren sih emang cocok jadi bos. Dia tau taktik jitu. Dia kasih kerjaan ke kita banyak tapi dia kasih kita amunisi makanan supaya kita kuat dan sehat mengerjakan proyek-proyek yang dia lemparin ke kita. Mau nolak kerjaan gak mungkin tapi kalo dikasih kerjaan sambil dikasi asupan ya siapa yang nolak juga." Bagas angkat suara. Sesungguhnya proyek-proyek yang didelegasikan oleh Tarendra itu tidak semua memiliki deadline waktu singkat. Deadline waktu yang diberikan cukup manusiawi tapi yang tidak manusiawi adalah ekspektasi Tarendra atas hasil desain yang dihasilkan oleh anak buahnya. *** Putri, Kilara, Bimo, Ivan dan Wilson sementara dihadapannya Bagas duduk dihadapan mereka berempat sambil menunggu kedatangan Karnaka dan Fahmi anak buah Karnaka yang juga mereka undang. Namun bukan Karnaka dan Fahmi yang muncul, Keenam squad pembuat keajaiban itu dibuat kaget dengan kehadiran Tarendra berdiri dengan posisi tegap dalam diam dan pria itu bersedekap. Mereka semua diam saling bertukar pandang satu sama lain dengan wajah gugup. Situasi terasa krik-krik berbeda dengan acara makan bersama yang biasa mereka lakukan. Tidak ada canda tawa atau gurauan yang muncul. Kilara tanpa sadar memundurkan posisi duduknya dan mendekatkan kepalanya pada telinga Putri untuk berbisik pada wanita itu dengan suara sangat amat pelan, "Siapa yang sumon patung perjuangan Jatinegara kesini? Biasa dia kan kaga pernah muncul." Kilara menjauhkan kepalanya menatap Putri yang kini sudah melotot galak pada Kilara. Kilara mengatupkan mulutnya melihat mata Putri yang begitu galak. Kalian tau bagaimana patung perjuangan Jatinegara? Patung itu berdiri bersedekap sama seperti posisi Tarendra saat ini. Pria itu tiba-tiba muncul dan berdiri sambil bersedekap menatap anak buahnya yang sudah duduk manis. Kilara menatap lurus kedepan ke arah Tarendra yang kini sedang duduk bersedekap dengan mata menyipit padanya dan di sisi Tarendra ada Bagas yang memberi kode melalui lirikan matanya utuk diam. Sementara itu Tarendra sadar kalau kemunculannya ini memang mengagetkan anak buahnya karena selama ini Tarendra tidak pernah hadir dalam acara makan bersama keenam anak buahnya itu padahal Tarendra cukup sering membiarkan anak buahnya pergi makan bersama dan ia yang menanggung tagihan mereka. Tarendra tidak bisa hadir dekat dengan timnya karena kesibukan yang ia miliki dan Tarendra sadar bahwa load pekerjaan yang ia berikan pada anak buahnya memang cukup banyak maka dari itu Tarendra sesekali memberikan reward pada keenam anak buahnya yang sudah bekerja keras. Memanusiakan manusia. Setidaknya walau Tarendra memberikan tumpukan pekerjaan tapi Tarendra memberikan hal lain yang membuat anak buahnya bisa merasa sedikit lebih baik ditengah-tengah gempuran pekerjaan yang ia berikan dan hal itu yang Tarendra lakukan saat ini namun tadi ketika Tarendra ingin keluar dari ruangannya Tarendra tidak sengaja mendengar percakapan anak buah mereka membuatnya mendadak kesal sendiri. "Boleh gue ajak Pak Karnaka gak sih? Pak Karnaka seru orangnya." Suara Bagas terdengar dari dalam ruangan. Tarendra menahan diri keluar dari dalam ruangannya. Tarendra mendekatkan telinganya ke celah pintu. Mendengarkan percakapan para anak buahnya yang sepertinya tidak sadar kalau dirinya ada di dalam ruangan dan pintu ruangannya tidak tertutup sempurna hingga ia bisa mendengar percakapan mereka. "Boleh dong, Mas! Lo ajakin ya!" Suara antusias Kilara terdengar jelas membuat Tarendra merotasi bola matanya dengan gerakan kesal tanpa sadar. "Lo sih kesemsem banget sama Pak Karnaka ya, Ki? Lo selalu muji-muji doi." Kali ini suara Putri terdengar. "Najis, Ki! Najis banget liat muka malu-malu lo begitu." Suara Bima muncul berbarengan dengan ledakan tawa. "Siapa tau perasaan gue bersambut kalo sering-sering ketemu, kan. Kalo aja gue anak sipil, udah pindah ke divisi Pak Karnaka gue. Pak Karnaka lebih easy going orangnya. Keliatan enggak suka bikin orang latihan jantung." Suara Kilara kembali terdengar. "Gaslah, Ki. Kali aja elo emang jodoh sama Pak Karnaka." Suara Ivan terdengar. "Gue tipe perempuan yang dikejar, Mas. Kalo mengejar bukan gue banget." "Tapi sekarang banyak juga perempuan yang gerak duluan, Ki. Kelamaan gerak nanti inceran elo disamber sama orang lain." Suara Wilson terdengar kali ini. "Ya, kalo di samber orang lain sebenernya simple sih, Mas. Bukan jodoh gue." "Duh, pola pikir lo, Ki. Tapi kalo mau ajak Pak Karnaka ya enggak apa-apa sih nanti tagihan dia kita keluarin aja. Yang penting yang dibayar Pak Bos ya kita. Kita ajak siapa sih enggak masalah gue rasa." Putri angkat suara. "Deal. Gue ajak Pak Karnaka." Sambung Bagas cepat. "Deal!" Lanjut Kilara cepat dengan nada antusias dan semua tertawa. Tarendra mendengus dan kembali berjalan ke arah kursinya. Moodnya mendadak anjlok dan mendekati jam pulang kerja Tarendra memanggil Ivan dan bertanya perkara acara makan mereka dan Ivan dengan jujurnya menjawab pertanyaan Tarendra dan akhirnya Tarendra dengan santainya memberi kejutan dan muncul di tempat acara keenam anak buahnya itu. "Hai, guys." Karnaka datang dengan Fahmi salah satu anggotanya. Lalu menoleh kaget menatap Tarendra, "Loh, elo ikutan juga..." Karnaka duduk di sebelah Tarendra dan Bagas mulai mendistribusikan buku menu. Tarendra menatap Karnaka dengan wajah datar pria itu, "Hmm..." Kilara mulai menatap buku menu dengan isi kepala yang sudah melayang kemana-mana. Suasana yang terjadi begitu awkward. Kilara bahkan tidak fokus dengan buku menunya. Wanita itu memilih mengambil ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan dalam grupnya bersama dengan kelima teman-temannya. Kilara : Kenapa jadi begini? Sumpah ini awkward abis. Kilara memasukkan ponselnya dan menatap Bagas. Kilara menggunakan kemampuannya berbicara dengan mata. Bagas yang juga memiliki kemampuan yang sama dengan cepat paham dengan arti tatapan Kilara. Teman-teman Kilara pun tanpa sadar dengan sikap Kilara dan Bagas dan diam-diam mereka melakukan gerakan bawah meja. Bagas : Gue juga enggak paham. Kilara : Siapa yang sumon patung perjuangan? Ngaku! Ivan : Tadi Yang Mulia tanya sama gue kita jadi makan bareng enggak. Putri : IVAN! Ivan : Gue kaga tau kalau dia bakal muncul. Kilara : Ah, bener-bener deh lo, Mas Ivan. Bagas : Ck! Si Ivan. Duh. Ivan : Sorry, gue kaga tau kalo dia bakal muncul. Wilson : Gue gak bisa nelen makanan gara-gara lo, Van! Kilara : Pemandangan indah gue ternoda, Mas Ivan! Ivan : Sorry, guys. Ivan memasang ekspresi permohonan maaf sementara yang lainnya mendengus sangat perlahan dan untungnya Tarendra dan Karnaka sedang berbincang sehingga keduanya tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi diantara keenam orang yang ada disekitar keduanya itu. Mereka mulai memesan makanan dan minuman yang akan mereka nikmati bersama dan untungnya Bagas cukup pintar mencari topik pembicaraan agar suasana tidak semakin aneh. Pembicaraan di d******i keenam squad pembuat keajaiban dan Karnaka serta Fahmi sedangkan Tarendra hanya diam sambil bersedekap tanpa berniat masuk ke dalam percakapan yang sedang terjadi. Pembawaan Karnaka yang mudah bergaul dan santai dengan mudah berbaur dengan anak buah Tarendra hingga waktu menunggu pesanan mereka datang pun tidak terasa. Percakapan mengalir begitu saja dan terselip gelak tawa dalam percakapan itu. Percakapan mereka terhenti saat makanan yang mereka pesan satu per satu tiba. Semua dengan antusias mulai berfokus pada makanan mereka masing-masing termasuk Kilara. Kilara yang sudah mulai hendak menyantap makanannya pun spontan menghentikan pergerakannya. Kilara saat ini sedang membuka mulutnya dengan tangan yang sudah memegang sesendok mac and cheese pun spontan mengangkat pandangannya pada patung perjuangan yang ada di hadapannya. "Kapan lo mau jadwalin kunjungan ke tanah milik Sania Soejipto?" Tarendra masih bersedekap sambil menoleh pada Karnaka yang ada di sebelahnya. Karnaka yang posisinya sama dengan Kilara pun mengitarkan pandangannya cepat pada orang-orang di sekelilingnya setelah mendengar pertanyaan Tarendra. Pria itu spontan menghela nafas pendek dan meletakkan sendok makannya yang sudah menggantung di udara itu dan tersenyum mendekatkan kepalanya pada Tarendra lalu berbisik, "Ini bukan meeting, Ren. Makan-makan biasa. Please, jangan gunakan keahlian lo merusak suasana sekarang." Tarendra menatap Karnaka dengan pandangan datar dan matanya menyipit malas. Karnaka pun dengan cepat tertawa garing sambil menatap ke sekelilingnya dan Fahmi yang paham dengan kebiasaan bosnya itu pun langsung ikut-ikutan tertawa. Semua spontan tertawa garing membuat Tarendra mendengus pelan. Karnaka dibawah meja menendang kaki Tarendra di sebelahnya membuat Tarendra mendelik sengit dan dengan wajah terpaksa Tarendra ikut tertawa. "Emang paling bisa bos kalian ini kalau ajak bercanda." Karnaka berusaha mencairkan suasana yang dibuat beku oleh Tarendra. Tarendra tertawa namun tawa pria itu jelas kaku dan terpaksa. Mulut Tarendra tertawa tapi wajah pria itu datar. Mata pria itu sedang tertuju pada Kilara yang sedang menatapnya dengan ekspresi meringis sambil tertawa garing. Fix. Emang perusak suasana!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN