POV Arlina "Lin, lihatlah sudah jam berapa ini? Kenapa kamu terus rebahan saja bukannya segera masak seperti biasanya?" Mas Yogi berkata sambil mengancingkan bajunya. Aku menatapnya sambil pura-pura menguap. Kurentangkan tangan, lagi-lagi kembali menguap. Jarum jam telah menunjukkan pukul 5 lewat, pantas saja ia sudah pulang kerja. "Aku ngantuk banget, Mas. Kamu suruh aja Anita masak. Biar gak kaya bos dia di rumah ini." Tatapan Mas Yogi menajam. "Ya ampun. Apa kamu ini tak berperasaan? Dia sedang hamil besar. Kasihan jika terlalu lelah." Ia menggelengkan kepala dengan jengkel. Padahal sebelum ada Anita, tak pernah bersikap seperti ini. Perubahan sikap Mas Yogi tentu saja membuat hatiku pedih, namun aku tersenyum bersikap seolah tak tahu kebusukannya. Seperti perempuan bodoh yang ta