Mas Zain mengerutkan kening begitu menyelidik. Tatapannya semakin tajam dan mengerikan. Pelan, kulepas tangannya yang melingkari perutku lalu dengan cepat berdiri. Baru saja mau melangkah pergi, ia kembali menarik tanganku keras. Duduk di pangkuannya begini, aku sama sekali tidak nyaman. Tatapannya lekat ke wajahku. Jangan bayangkan bagaimana tegangnya aku. Keringat dingin bahkan sudah membanjir di tengkuk juga telapak tangan ini. Aku deg deg kan. Juga ... Takut. Ia menyipitkan mata. Duh, Tuhaan. Pleaseee, tolong aku. Deg deg "Bagaimana kamu menemukan ini?" Deg deg. Tatapannya biasa saja apa tak bisa? Tanpa harus membuat orang ketakutan begini. Menghela napas, aku akhirnya berkata dengan gugup. Tanganku meremas androk. "Aku ... aku mengambil itu ...." Kutatap sekeliling. Sedikit