Tubuh ramping yang dibalut handuk hanya sebatas da*da sampai paha. Rambut dibalut handuk kecil. Leher jenjang terlihat menantang. Kaki panjang yang putih mulus. Meskipun hanya beberapa detik, semua hal yang ada dalam diri Mazida melekat kuat di benak Altha. Pria itu menggeleng. “Astagfirullah. Mata gue ternoda. Atau malah terbersihkan?” Altha duduk di kursi teras Mazida. Ia berusaha melupakan apa yang baru saja dilihatnya, tetapi semuanya terasa sulit dilakukan. Terlebih ada satu bagian tubuhnya yang tiba-tiba bereaksi membesar, menegang. “Ini nggak bisa dibiarkan. Dia yang kena pengaruh obat perang*ang, apa iya gue ikut tertular efeknya? Apa ini yang dinamakan sehati?” Altha menahan senyum. Ia meletakkan makanan di meja teras Mazida, lalu segera pergi dari sana. Tiba di kontrakannya

