Mazida masih tersedu-sedu. Namun, sejurus kemudian ia mengangguk. Novina mengode pada Altha agar pergi dari sana. Wanita itu ingin bicara berdua saja dengan Mazida. Altha sangsi, apakah ia harus memenuhi permintaan sang mama? Ia takut jika Mazida kembali disakiti dan dihasut dengan kata-kata menyakitkan seperti dulu. Altha menggeleng. Novina yang masih memeluk Mazida, mengangguk tulus. Meyakinkan seolah-olah semua akan baik-baik saja. Saat bersamaan, Mazida mengurai pelukan. Ia mengatur napas yang terasa sesak dan menghapus air matanya. “Nyonya, Maaf-maaf. Saya kebablasan. Biar saya ambilkan minum. Nyonya mau minum apa?” tanya Mazida seraya menunduk. “Nggak usah. Kamu di sini saja. Biar aku yang ambilkan.” Altha menyela. Mazida menggeleng. “Biar aku saja. Nyonya mau minum apa?” “J

