Mazida tersedu-sedu. Altha ikut tergugu. Pria itu mendekap sangat erat sebab itu pelukan terakhirnya sebelum menghalalkan wanita lain nantinya. Pundak Mazida dihidunya kuat-kuat bergantian kanan dan kiri, lalu menyimpannya sebagai kenang-kenangan yang akan dikenang selamanya. Tubuh Mazida menegang. Sampai akhirnya Mazida sadar apa yang mereka lakukan ini tidak benar. Tangannya yang menggantung di sisi kanan kiri tubuhnya mendorong Altha kuat. “Lepas!” desis Mazida dengan suara bergetar. “Sebentar lagi. Kumohon.” “Ini nggak benar. Lepas.” Tangis Mazida kian hebat. Altha pun melepas pelukan, lalu membingkai kepala Mazida. “Aku masih mencintaimu. Dulu, sekarang, dan sampai kapan pun.” “Lepas! Nanti ada yang lihat dan aku yang terus disalahkan!” Altha melihat sekitar dengan matanya yan

