Mazida tergelak. “Mau nggak ya?” “Sayang ... harus mau.” “Dih, maksa.” “Kita sudah sah secara agama dan negara. Apa lagi?” “Kan belum resepsi.” “Allahu akbar. Kamu itu selalu bikin aturan di luar nalar yang bikin aku pusing. Sayang, mau ya?” “Bahu Mas Altha masih sakit, kan? Nanti kalau sudah sembuh total aja.” Mazida sengaja menggoda. Ia mengerling nakal. “Sudah sembuh ini. Bisalah nanti yang kiri bermanuver dikit-dikit. Biar yang kanan yang menopang tubuh.” “Jangan dulu, nanti tambah sakit lho.” “Mazida, kamu terniat sekali menyiksaku.” “Kan Mas Altha yang ngajak buru-buru nikah. Udah tahu tangan masih sakit, resepsi masih sebulan lagi. Tetep aja terabas nikah duluan.” “Karena takut kamu berubah pikiran. Sayang, ayolah. Kamu itu kalau diajak ibadah buka paket, nolak terus kerj

