Novina mengangguk. “Kejar dan perjuangkan wanitamu, Tha. Mama tahu semua akan berat dan nggak mudah bagi Mazida untuk memaafkanmu. Tapi kamu harus terus berjuang.” Altha memeluk erat muara kasihnya. “Terima kasih, Ma. Terima kasih.” Altha mengembuskan napas panjang. Ia sangat lega. Akhirnya doa-doa Altha terkabul. Bisikannya, rayuannya pada Ilahi mampu menembus langit dan merontokkan penolakan sang mama pada Mazida selama ini. Penolakan itu sekarang sudah menjadi restu. Sekarang tugasnya adalah mencari Mazida, meminta maaf, lalu meyakinkan wanita itu untuk menata kembali puing-puing rumah tangga yang sebelumnya telah hancur. Tidak mudah, tetapi akan terus dicoba. Lagi pula, mereka berpisah bukan karena masalah intern, tetapi tekanan dari pihak luar. Altha ingin menikah lagi. Bahkan be

