Mazida menoleh. Ia melihat sang ibu di ambang pintu. “Ibu? Masuk, Bu.” “What? Ibu? Ibu lu?” tanya Rini. “Sejak kapan lu punya ibu?” Mazida memukul p****t sang sahabat gemas. “Emang lu pikir gue lahir dari ubi yang terbelah?” “Nggak gitu. Maksud gue selama ini lu kan cuman hidup berdua sama ayah lu.” Linda mendekat, mengamati wajah cantik sang putri. 50% kecantikan Mazida menurun darinya, sisanya perpaduan dari Zamroji. “Masyaallah. Cantik sekali,” puji Linda. “Ini karena MUA-nya profesional, Bu. Oh, ya, Bu. Kenalkan, ini Rini. Rin, ini ibu gue “ “Halo, Tante. Saya temannya Zi. Ah, bukan teman sih. Tapi tepatnya orang yang sering direpotin sama dia.” Rini menyalami, mencium tangan Linda takzim. Linda tersenyum. “Terima kasih karena sudah menjaga putri saya, menjadi temannya.” “Bu

