Mazida terpejam. Hatinya berdentam-dentam saat mendengar suara Altha. Hanya mendengar suaranya saja, ia merasa lukanya yang masih basah seperti dibasuh dengan garam. Sangat perih. “Kenapa dia pulang ke sini? Rasanya sangat sakit banget saat lihat dia lagi. Sakit banget,” gumam Mazida sambil berjalan gontai menuju kamar. Ia membanting tubuhnya di kasur sambil terisak-isak. Kejadian dua hari lalu masih membekas kuat. Bagaimana saat ia meminta pisah dan Altha mengabulkannya. Padahal sebelumnya mereka masih baik-baik saja. Ah, kebaikan dan sikap romantis Altha ternyata hanya sandiwara belaka. Nomor Altha sudah diblokir sejak kemarin. Praktis, pria itu tidak bisa lagi menghubungi. Hati Mazida sudah telanjur remuk. Ditambah lagi kabar Bagas menghamili wanita lain. Mazida rasa semua pria br

