Mazida menoleh belakang. Ia masih bisa melihat siapa yang tengah tergeletak di tengah jalan. Wanita itu terpejam. Pikirannya sibuk menimbang-nimbang. “Berhenti, Pak. Kita tolong dia. Saya kenal korbannya.” Mobil pun berhenti. Mazida turun dan berjalan mendekat. Ia sebenarnya bisa mengabaikan si korban, tetapi hatinya menolak. Ia tidak tega membiarkan pria itu tergeletak di jalan raya dikerumuni beberapa orang. Sementara Dipta terlihat menolong pengemudi sepeda motor. Ketika melihat Mazida kembali, ia mendekat. “Zi, akhirnya kamu kembali.” Dipta hendak mencekal tangan Mazida, tetapi lebih dulu wanita itu mengelak. “Aku kembali bukan untukmu, tapi untuk orang lain.” “Jangan pergi, aku minta maaf atas apa yang sudah terjadi. Aku–“ “Aku iri dan cemburu sama kamu. Jadi, menjauhlah. Urus

