47. Teror

1809 Kata

Sepulang kerja, Bintang tak mendapati Elsa di kamarnya. Dilihatnya meja rias yang kosong, juga isi lemari pakaian yang hanya tinggal setengahnya. Terakhir kali mereka bertengkar, Bintang mengungkit perceraian mereka. “Tadi pagi-pagi sekali, Elsa pulang ke rumah orangtuanya,” seru Nurul saat putranya itu turun untuk ikut makan malam. Bintang tak merespon, hanya menyendokkan nasi ke piringnya. “Mungkin ini jalan yang terbaik, Bun.” “Jalan yang terbaik apa?” Nurul sedikit geram melihat sikap dingin putranya itu. “Istrimu itu pergi dan mengatakan minta bercerai, kamu pikir ini main-main?” “Lalu Bunda mau apa?” Bintang meletakkan sendoknya. Menatap serius ibundanya ini dengan perasaan kesal. Sejak mendengar berita kehamilan Luna, dia semakin menggila. Berpikir ingin kembali mendekati wani

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN