20. Cut Corners “Mas takut kehilangan aku karena Mas cemas aku akan buka mulut soal Arsen.” Tertahan rasa kesal, Kirana terpaku di tempatnya berdiri. Dari bangku sofa beberapa meter di depan Kirana, Gala masih mengamati wajah wanita itu. Kecurigaan Kirana yang besar masih terlihat di matanya dan Gala tidak menyalahkannya. Dia sendiri yang menyulut api kemarahan di dalam diri Kirana sejak awal pernikahan mereka. Harus ada yang mengalah jika ingin suasana di dalam kamar ini cepat mencair, pikirnya. Gala kemudian berdiri. Dia bisa merasakan dengan jelas sikap defensif Kirana di balik kedua tangan wanita itu yang terlipat di atas perut dan tatapan tajamnya. “Tidurlah. Sebentar lagi subuh,” saran Gala. Kirana menggeleng. “Aku akan menunggu subuh.” “Terserah kamu.” Gala kemudian berjalan