Tubuh Caca sedikit menegang. Dia sampai takut untuk sekedar bernafas. Takut jika hembusan nafasnya yang pasti akan membuat perut bergerak itu menggangguk tidur Va’as. Untuk beberapa detik berlalu, bahkan sampai hitungan menit Caca tak bergerak seinci pun. Dia bernafas pelan-pelan sampai akhirnya melirik Va’as yang deru nafasnya terdengar begitu lembut. ‘Dia benar-benar tidur?’ tanyanya dalam hati. Caca menggigit bibir, menatap secangkir kopi yang belum tersentuh. Masih ada di atas meja dengan uap panas yang mulai berkurang. Pelan tangan Caca bergerak, hendak menyentuh kepala Va’as. Sudah ada di atas kepala, tapi ragu dan berakhir mengepal lalu kembali ditarik. Dia menekan d**a, merasakan detak yang menyepat. Ini bukan debar ketakutan seperti yang sering dia alami saat diomeli mama Tari.