Rafa sangat antusias ketika Rani mengatakan mereka akan pergi bersama Reza. Dengan semangat dia berlari ke arah kamarnya untuk berganti baju, meninggalkan Arif yang melongo melihat tingkah cucunya. “Maaf, ya, Om, Rafa terlalu antusias sampai lupa membereskan mainannya,” kata Rani, menatap Arif dengan tatapan meminta maaf. “Nggak apa-apa, Ran. Biar Bi Atun yang membereskan mainan Rafa nanti,” kata Arif, melarang Rani mengambil mobil-mobilan milik Rafa yang masih berserakan di halaman belakang rumah. “Tapi—“ “Kamu ke kamar saja, Ran. Rafa pasti sudah menunggu kamu,” ujar Arif, memotong kalimat yang akan diucapkan Rani. Rani menghela nafas panjang. “Baiklah. Saya permisi dulu, Om,” ujarnya berpamitan pada Arif. “Iya, Ran.” Setengah jam kemudian Reza, Rani dan juga Rafa sudah ber