Rahel POV. Menatap wajah suamiku yang sedang tertidur pulas, membuatku merasa amat bersalah. Mendengar semua pengakuan dari Agung, tentang bagaimana jahatnya ia padaku. Dia telah membunuh janin yang tidak bersalah hanya karena ia ingin memiliki diriku. Aku sendiri waktu itu malah tidak sadar, kalau aku sedang hamil. "Kamu kenapa belum bobo sayang?" tanya Pian padaku. Kuusap wajahnya dengan sangat lembut. "Enggak apa apa. Aku cuma pengen lihat kamu aja. Aku kangen," Dia tersenyum malu. "Aku seneng kalau kamu mengatakan itu. Ini sudah malam banget, ayo kita bubu aja." "Tapi aku belum mau bubu, aku masih mau natap kamu. Aku lagi ngerasa enggak baik baik saja." aku tidak mungkin berhenti bekerja. Tapi bertemu terus dengan Agung, itu bukanlah hal yang bijaksana untuk hubungan ku dan Pian