1

1023 Kata
BRAK! Arga menghentikan mobilnya dengan cepat dan segera keluar dari mobil sedan mewah miliknya. Ia melihat seorang gadis jatuh tersungkur di depan mobilnya. Ia tadi sedang tidak fokus menyetir karena ucapan sang Papa yang menyuruhnya segera menikah. Arga langsung memegang denyut nadi di pergelangan tangan gadis itu dan ternyata masih terasa denyutnya. Tanpa pikir panjang, Arga membawa gadis itu ke kost miliknya. Maklum, ia merantau di daerah ini. Ia harus magang di rumah sakit yang letaknya sangat jauh dari kota. Sesampai di Kost, Arga langsung menolong gadis yang muncul dari semak -semak dan tiba -tiba saja menyeberang. Jadi tanpa sengaja tertabrak. Arga terpaksa membersihkan luka -luka ringan itu. Arga hanay takut, gadis yang terabaring di kasurnya ini terjadi sesuatu karena sampai saat ini masih saja tidak sadarkan diri. "Untung saja cantik," ucap Arga di dalam hatinya sabil mengusap pelan bekas luka di siku tangan dan lutut kaki gadis itu. Keesokkan paginya ... "Ha! Argh! " teriak Arshila di dalam kamar kost Arga. Arga terpaksa tidur di sofa menunggu gadis yang tak sengaja ia tabrak itu terbangun dari tidur panjangnya. Arga begitu terperanjat. Ia langsung duduk dan membuka kedua matanya. Sumpah, kepalanya langsung berputar dan sangat pening sekali. Arga langsung menghampiri gadis yang sudah bangun dan berteriak histeris. "Hei! Kamu bisa diam gak! Ini masih jam lima pagi! Bakal di datengin orang banyak kalau begini," ucap Arga dnegan nada marah. Telinganya cukup sakit mendengar teriakan cempreng gadis yang baru siuman itu. Arshila menatap tajam Arga lalu ia membuka selimut dan melihat ke arah tubuhnya. Benar saja, celana panjangnya sudah terlepas dari tubuhnya. Ia hanya memakai memakai celana dala saja. Pasti lelaki tengil itu sudah melihat semua isi di dalam celana dalam Arshila. "Hua .... Tolong ... Aku diperkosa!" teriak Arshila begitu lantang. Suaranya begtu histeris dan cempreng, sungguh memekakkan telinga. Arga langsung menutup mulut Arshila, agar gadis iu tidak terus teriak. "Kamu ini ngapain sih? Teriak -teriak gak jelas," umpat Arga dengan kesal dan melotot ke arah Arshila sambil telapak tangannya masih menutup mulut Arshila. "Hmmm mmmm ..." Arshila ingin berteriak namun tak bisa. Ia meronta memukul tangan Arga namun kekuatan Arga begitu sangat kuat sekali. "Bisa diem gak! Kalau kamu teriak begini, kita berdua bisa diusir dari kost ini. Jatuh, reputasi saya sebagai dokter muda!" ucap arga semakin kesal. Arshila mengangguk. Ia sudah lebih tenang. Ia mengerjapkan kedua matanya. Berusaha mengingat apa yang terjadi padanya sebelum ia bisa sampai kesini. "Mau teriak atau diam?!" tanya Arga tegas. "Hi am ..." ucap Arshila tidak jelas karena mulutnya tertutup. "Apa? Gak jelas!" tegas Arga lagi. Satu kakinya berada di lantai dan satu kakinya menekuk di atas kasur. Ia terburu -buru tadi. Arshila melepas telapak tangan Arga yang menutup mulutnya lalu bicara dengan kasara. "Gimana mau jawab dengan suara benar kalau mulut Shila aja ditutup rapat sama om -om kayak kamu," jelas Arshila begitu kesal. Mana telapak tanagnnya bau sambal terasi lagi. Rasanya mau muntah. Arga pun melotot tajam, karena dengan berani, Arshila menyebutnya dengan panggilan om -om. Setua itu wajahnya hingga dipanggil Om? "Enak aja kalau ngomong! Ada yang sakit gak?" tanya Arga dengan tatapan tajam ke arah Arshila. Sakit? Arshila berpikir sejenak. Apa yang sakit, ia belum sadar merasakan apa -apa. Jangan -jangan , ia memang habis diperkosa. Arshila langsung berdiri dan membuka selimut. Shila lupa kalau dirinya hanay memakai celana dalam saja. Pantatnya yang kecil itu bergoyang kesana kemari seolah sedang menggoda Arga yang berdiri di belakangnya. "Ngapain sih? Buka -buka selimut segala?" tanya Arga bingung. Arshila langsung menoleh ke arah Arga. "Untuk memastikan, kalau Om tidak memperkosa, Shila," jelas Arshila pada Arga dengan ketus. Arga menggelengkan kepalanya lalu berjalan ke arah sof dan duduk kembali. "Kamu gak malu sama saya? Cuma pakai begitu?" ucap Arga dengan sengaja menunjuk ke arah celana dalam Shila. Shila baru sadara kalau ia tak memakai bawahan dan ia naik lagi ke atas tempat tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Om lihat apa?" tanya Shila dengan bibir bergetar. "Gak lihatapa -apa. Memang kamu telanjang di depan saya?" ucap Arga ketus. Shila terdiam, ia baru merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya. Kedua sikunya terasa perih dan linu, begitu juga di kedua lututnya. Shila melihat sku dan lututnya yang berdarah dan sudah dibersihkan serta diobati. Shila kembali memandang Arga yang masih menatap Shila dengan tajam. "Kenapa?" tanya Arga ketus. "Om tolong Shila?" tanay Shila terbata. "Iya. Saya baik kan?" ucap Arga dengan nada sombong. "Iya baik," jawab Shila lirih. Arshila menunduk dan baru ingat kalau ia berlari cepat karena ada yang mengejarnya dari belakang. Kemarin adalah hari sial bagi Arshila. Lalu, Arshila melihat lampu mobil yang menyala dengan terang dan ia tak ingat apa -apa lagi. Tiba -tiba saja, Arshila mennagis sesegukan membuat Arga yang mulai memejamkan kedua matanya karena masih ngantuk pun kembali membuka dan menatap Shila. "Kamu kenapa lagi?" tanya Arga bingung. Ia cemas bila sesuatu terjadi dengan hila. Misalnya gegar otak ringan. Atau ada darah yang tersumbat. "Shila laper Om ..." ucap Shila lirih masih menangis. "Ya ampun ... Bikin kaget aja. kirain kenapa lagi," ucap Arga tidak tega melihat Arshila yang memegang perutnya menahan lapar. Arga pun segera mendekati kulkas dan mengambil sebungkus roti dan satu botol s**u untuk Shila. "Ini, makan dan minumlah. Di kulkas hanay ada itu, kalau masih lapar tunggu sampai jam enam pagi, saya akan beli sarapan di depan," jelas Aga pada Shila. Shila menerima roti dan s**u itu lalu mulai menikmatinya. Lumayanlah untuk mengganjal perutnya yang kosong sejak kemarin. Shila sudah tiga hari dipecat dari tempat bekerjanya. Ia tidak diberi gaji dan pesangon setelah memecahkan satu mangkok keramik yang katanya harga mangko itu lebih mahal dari gajinya. Sampai di kost, ia pun diusir oleh ibu kost karena elum membayar kost selama tiga bulan. Sudah malam, semua barangnya dikeluarkan dan Arshila tidak tahu harus kemana. Ia berjalan terus hingga menemukan jalan buntu hanya ada sawah saja. Dari belakang, ia melihat beberapa komplotan ellaki mengejarnya. Shila ketakutan dan akhirnya berlari di antara sawah hingga menuju jalan besar dan akhirnay ia sampai di kost mewah seperti ini. Otak Shila sedang berpikir keras. Bagaimana caranya ia tetap bisa tinggal disini dan makan gratis sampai ia mendapatkan pekerjaan. Kepalanya sampai mau pecah mencari alasan yang tepat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN