2

1045 Kata
Arga sudah kembali ke sofa panjang dan merebahkan tubuhnya lagi. Semalaman ini tidurnay sama sekali tidak nyenyak. Terganggu dengan kehadiran gadis yang tak sengaja ditabraknya. Walaupun sudah siuman, Arga masih belum tenang kalau gadis itu belum di cek up ke rumah sakit tempat ia magang di sana. Arshila sudah selesai menikmati s**u dan roti. Lumayan sekali bisa mengganjal perutnya yang benar -benar lapar sekali. Sebenarnya kurang nendang juga kana belum ada nasi yang masuk ke dalam perutnya. Arshila membuang sampah semua bungkus makanan dan minuman yang telah kosong. Ia mengambil sarung yang tersampir di kursi belajar lalu di apakai untuk menutup sebagian tubuhnya yang terlihat pakaian dalamnya. Arshila duduk di lantai dekat denagn sofa yang di tiduri oleh Arga. Kedua mata Arga terpejam, ia merasakan ada makhluk di dekatnya dan hembusan napasnya terasa hangat sekali. "Ngapain lagi?" ucap Arga sedikit membentak dengan kedua mata yang masih terpejam. Arshila menoleh ke arah Arga. Ia mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Arga ntuk memastikan kalau Arga ini kan sebenarnya lagi tidur. Kedua matanya saja tertutup, kenapa bisa melihat dirinya. Kan aneh sekali. "Kok tahu sih? Shila di sini?" tanya Shila lirih. "Bau busuknya kecium. Tadi udah kecium pas kamu tidur sekarang di dekat aku semakin tercium baunya, mau muntah," ucap Arga ketus. Mendengar penjelasan Arga, Shila pun mencium bajunya sendiri yang memang bau kecut lalu mencium di area keteknya yang semakin membat ia ingin pingsan. "Bau kan? Busuk banget! Kamu gak mandi berapa lama sih," ucap Arga kembali menegakkan tubuhnya dan duduk sambil bersandar di sofa. Ia mengibaskan tangannya untuk menghilangkan bau busuk yang semakin lama menusuk hidungnya. "Shila mandi deh," ucap Shila tiba -tiba. Tanpa pikir panjang, Shila langsung masuk ke dalam kamar mandi dan melepas semua pakaiannya lalu mengguyur tubuhnya dengan air yang tertampung di ember kecil. Ia menyalakan keran karena Shila tidak bisa memakai shower yang ada di sana. Shila mendekati rak, dan menatap beberapa botol yang berjajar rapi. entah apa tulisannya itu, Shila tidak tahu sama sekali. Lihat saja, semua tulisannya bukan tulisan indosnesia melainkan bahassa inggris, korea, jepang, karena tulisannya kotak -kotak tidak jelas. Ini sungguh membingungkan sekali. Shila menghitung jumah botol itu dan melakukan berulang -ulang. Ia sedang mencari botol mana yang akan ia pakai. Jari telunjuknya terus menunjuk pada botol hitam. Tanpa ragu, Shila mengambilnya da mulai menumpahkan di telapak tangan lalu di usap ke tubuhnya. rasany licin dan baunya sumpah tidak enak seperyi minyak begitu. Ia mengambil lagi botol yang berwarna pink, lalu menumpahkan lagi ke telapak tangannya. Kali ini wanginya lebih harum semerbak. Ia mengusap ke seluruh tubuhnya dan rambutnya. Entah ini sabun atau sampo, pokoknya bisa dipakai. Toh, tidak masalah, kalau sampo atau sabun di paaki di tempat yang sama juga. Shila lupa membawa handuk. pakaiannya juga sudah basah karena ia letakkan di lantai. Shila mencari sabun colek tapi tidak menemukan. "Gimana mau cuci baju, kalau gak ada sabun colek. Tadi celana panjangku kemana juga? Gara -gara diusir aku gak mandi seharian jadi bau. pakaian aku juga gak ada. Semua barangku hilang," ucap Arshila baru menyadari kebodohannya. Kenapa ia tak meminjam pakaian lelaki yang punya kamar ini. "Siapa sih namanya Om itu?" tanyanya di dalam hati. Shila meletakkan pakaiannya di atas kloset kamarmandi yang tertutup. Ia membuka kamar mandi sedikit dan melihat Arga sudah kembali merebahkan tubuhnya. Kedua matanya mengedar melihat celana panjangnya yang memang tidak ada. Ia harus memakai apa ini? Masa iya keluar dengan tubuh polos? Arshila menarik napas dalam dan bersiap untuk berlari mengambil selimut untuk menutup sementara tubuhnya yang basah dan etrasa dingin itu. Baru nanti membangunkan Arga dan meminjam pakaiannya. Satu ... Dua ... Tiga ... Arshila berlari dengan berjinjit menuju kasur untuk mengambil selimutyang sejak tadi sudah dipantaunya. tepat dengan waktu yang sama, pintu kamar itu terbuka dan seorang perempuan berteriak keras karena terkejut melihat keberadaan Arshila di kamar kost itu dan dalam keadaan telanjang pula. '"Ah! Arga!" teriak Melisa yang begitu kaget melihat Arshila sedang berlari. Mendengar teriakan cempreng Sang Mama. Arga pun membuka kedua matanya dan terkejut menatap Melisa yang datang tiba -tiba denagn membawa tentengan di kedua tangannya. "Mama?" teriak Arga melihat keterkejutan Mamanya melihat Arsila. Arga menoleh ke arah Arshila yang telanjang bulat dan ia memalingkan kembali wajahnya menatap Sang Mama yang sudah tersenyum lebar seoalh tidak ada masalah. Arshila juga kaget sampai ia lupa kalau ia tidak memakai pakaian. Arshila langsung mengambil selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut tebal itu. Tubuhnay yang kecil dan mungil hampir kesulitan memegang selimut itu. Melisa segera masuk dan emnutup pintu kamar itu lalu dudu di sofa. "Kasih baju dulu, Ga, pacarnya," tukas Melisa denagn senyum begitu sumringah. "Apaan sih Ma? Mama jangan salah paham lho," ucap Arga tak suka. Ia tahu, Mamanya sedang menggoda Arga. "Udah sana. Mama silent kok. Gak bakal bilang Papa juga," jelas Melisa terkekeh lalu mengambil bantal ntuk menutup wajahnay. Arga segera mendekati Arshila dan melotot tajam ke arah gadis itu. "Baju kamu kemana?" tanya Arga ketus dengan suara lirih. "Basah ..." jawab Shila lirih tanpa dosa. Arga segera membuka lemari dan mengambil kaos oblong serta celana pendek yang longgar untuk Shila. "Nih, Pakai! Ngerepotin orang aja!" ucap Arga kesal. "Lho? Kok marah?" ucap Shila pelan. "Udah pakai! Bawel!" ucap Arga ketus sekali. Arshila pun memakai kaos oblong itu dan celana pendek tanpa memakai dalaman. Dua gunung kembarnya nampak mungil dengan pucuknya yang bulat dan sedang mengeras karena kedinginan. Bentuk itu tercetak jelas di kaos oblong puth milik Arga. Arga mendekati sang Mama lalu mengambil bantal itu. "Sudah Ma. Mama kenapa gak bilang dulu mau kesini?" tanya Arga pada Melisa. "Surprise dong, Sayang. Malah Mama yang dapat surprise langsung ketemu sama calon mantu," ucap Melisa segera berdiri dan meletakkan dua kantong palstik di karpet. Melisa menghampiri Arshila yang berdiri saja di dekat lemari. Raut wajahnya nampak ketakutan. "Ayo Sayang ... Kita sarapan bersma. Kamu pasti lelah kan semalaman," bisik Melisa denagn senyum sumringah. "Ta -tapi ... Tan. ... Tante .." ucap Arshila lirih. "Panggilnya Mama bukan Tante. Nama kamu siapa?" tanya Melisa pada Arshila. "Ar ... Arshila ... Panggil saja Shila ..." jawab Shila lembut. "Hmmm ... Namanya bagus sekali. Yuk sekarang sarapan dulu. Cobai masakan Mama ..." "Ma ... Dia itu ..." "Cukup Ga. Mama gak mau dengar apapun. Mama sudah bahagia melihat kalian berani tingal satu atap begini ..." Senyum Melisa melebar karena bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN