49. Sayang

1725 Kata

“Mas, ... Mas lupa kalau harusnya malam ini, kita bikin kenduri tujuh hari kematian bapak?” ucap Syifa sebisa mungkin bersikap lembut kepada sang suami yang mengaku capek. Ridwan yang baru duduk di pinggir tempat tidur, langsung menghela napas dalam. Ia menunduk loyo. Tanggapan yang langsung membuat Syifa menatapnya tak suka. “Mas ...?” “Bukankah lebih baik, kita bercerai saja? Aku beneran sudah enggak mood buat jalani hubungan ini,” ucap Ridwan sambil menatap lelah Syifa. “—–” Apa yang Ridwan katakan, sudah langsung membuat Syifa tak bisa berkata-kata. Langit kehidupan Syifa seolah runtuh detik itu juga. “Alasanku masih mau pulang, enggak lebih dari formalitas!” Ridwan tetap melanjutkan ucapannya, meski ucapannya yang sebelumnya, belum sempat sang istri tanggapi. “Semua yang terjad

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN