Raven memeluk Emma lebih erat. Ia mengusap-usap punggung Emma dengan harapan istrinya itu akan segera berhenti menangis. Bukan ia yang sedang mengandung, tetapi ia juga merasakan sakitnya hati Emma saat ini. "Emma, kamu nggak usah dengerin Mama. Mama cuma lagi marah," kata Raven pada Emma. Ia mengulurkan tangannya ke selimut Emma lalu menyusupkan tangannya di sana. Dengan lembut ia membelai perut Emma. "Bayi ini bukan bayi haram. Kamu jangan nangis lagi." "Mungkin, keputusan aku untuk mempertahankan bayi ini salah, Raven. Seandainya dulu aku menyingkirkan ...." "Sstt!" Raven meletakkan telunjuknya di depan bibir Emma. "Kamu nggak boleh bicara seperti ini, Sayang. Dia bisa dengerin kamu. Dan dia pasti ikut sedih kalau kamu nangis kayak gini." Emma mengangguk. "Aku nggak mau nangis, Rave