Raditya tengah duduk manis di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari pusat kota. Sesekali ia melirik jam, memastikan kalau dirinya tidak terlambat pergi ke bandara karena harus menemui seseorang terlebih dahulu. Kalau saja ini bukan permintaan dari Fhelicia, sungguh, Raditya juga malas repot-repot membuat janji dengan orang yang paling ia hindari. Beruntung, ia hanya perlu menunggu kurang lebih 10 menit. Karena sosok yang ingin ditemui sekarang sudah tiba dan kini tengah berdiri di hadapannya. "Mau apa lagi kakak ajak aku buat ketemu?" Sosok gadis yang tak lain adalah Zefanya kini tengah berdiri sempurna di depan Raditya. Memasang wajah dingin, mungkin masih kesal atas peringatan terakhir yang pernah ia sampaikan. "Duduk dulu," pinta Raditya yang lebih terdengar seperti perintah. "Seb