Keadaan Amber sudah membaik, dia sudah diperbolehkan pulang. Namun bukannya pulang, Amber ingin langsung masuk kerja. “Tuan Darren yang terhormat, aku tidak ingin menambahkan beban kerja saat aku masuk nantinya. Pekerjaanku sudah mendekati deadline. Anda tidak ingin proyek yang aku gagas mengalami kemunduran, ‘kan?” ucap Amer sinis. Darren tidak langsung menjawab. Pria itu hanya menatap Amber datar, tanpa ekspresi. Auranya yang gelap terasa semakin gelap karena panggilan Amber untuknya. “Aku bisa menyuruh orang untuk menyelesaikan pekerjaanmu dan kau akan beristirahat di rumah.” Mata Amber membelalak. Dia tidak menyangka Darren akan mengatakan itu padanya. “Kau memang egois! Kenapa kau tidak bisa mencoba mengerti keadaan orang lain?” Darren mengangkat bahunya acuh. Amber menatap Darre