Amber perlahan menggerakkan matanya, mengerjapnya, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Kepalanya sedikit sakit. Dia tidak tahu jam berapa dia tidur karena suaminya, Tuan Darren Hutomo yang terhormat, sama sekali tidak membiarkan dia beristirahat dengan nyaman. Amber menurup wajahnya dengan kedua tangannya. Bayangan bagaimana panasnya dia melewati malam tadi membuatnya wajahnya memerah. Ah, suaminya itu benat-benar pandai meluapkan rasa rindu setelah tidak bertemu beberapa hari. Senyuman lebar tercipta di bibirnya yang kemerahan karena ulah suaminya dilanjutkan dengan dadanya yang menghangat. “Apa yang membuat istriku ini bahagia di pagi hari?” Amber segera menoleh mendengar suara suaminya yang berada begitu dekat dengan telinganya. Darren menatap wajah istrinya terus berubah warna. Da