“Fay, are you okay? Ada apa??” Aku menoleh, menemukan Moi yang memberi tatapan khawatir. “Wajahmu pucat sekali.”
Aku menggeleng kecil, masih berdiri bak patung. Antara percaya dan tidak jika semesta akhirnya mempertemukan aku dengan pria yang selama ini aku cari. Delapan tahun, kami bertemu di sini dengan banyak perubahan terutama fisik kami. Atau mungkin ingatan dirinya tentang aku, gadis yang pernah ditolong oleh dirinya sedemikian rupa hingga hampir kehilangan nyawa.
“Yeah, I’m fine.” Jawabku lebih tidak ragu pada diriku sendiri.
“Kita kembali ke meja.” Moi mengajakku duduk. Aku kembali mengangguk dan mundur.
Pertandingan mulai berlangsung, para pengunjung saling berteriak mendukung petarungnya. Teknik pertarungan mereka jelas profesional. Lawan Alyan adalah petarung bertubuh be
