Renjana diam-diam menggigit pipi bagian dalamnya melihat tingkah Sera yang begitu menggemaskan. Saat keluar kamar istrinya itu langsung mengalungkan lengannya pada Renjana, bergandengan sangat erat seperti hendak menyeberang, belum lagi kepala Sera yang bersandar manja di lengan Renjana. Rasa-rasanya Renjana ingin kembali membopong Sera dan memesrainya di ranjang mereka jika tidak mengingat mereka butuh makan malam. Sera bahkan bersenandung kecil dengan sesekali mendongak menatap wajah Renjana. Kenapa Renjana merasa perjalanan dari kamar ke dapur terasa lama ya? Tangan Renjana pun melingkar di pinggang Sera, lalu mengusap perut Sera yang semakin terasa menonjol dan keras. “Mas.” Sera mendongak, langkahnya pun terhenti, membuat Renjana ikut berhenti. Bukannya menjawab panggilan

