Renjana sedikit ngos-ngosan begitu membuka pintu kafe, karyawannya langsung tersenyum ramah menyambutnya. Dia baru saja membaca pesan yang dikirimkan oleh ibu mertuanya sejak lima belas menit yang lalu. Renjana melihatnya di sana, Ibu Sheya duduk di bangku pojok dekat jendela, dan saat tatapan mereka bersua, wanita paruh baya yang raut wajahnya selalu meneduhkan itu melambaikan tangan dengan senyum hangat pada Renjana. “Assalamualaikum, Ibu.” Renjana langsung mengulurkan tangan dan menyalami ibu mertuanya.” Maaf, ya, Renjana baru buka ponsel, habis meeting dengan anak-anak.” “Waalaikumsalam. Tidak apa-apa. Santai saja, ah, Abang. Ibu juga menikmati duduk di sini, kok. Menyenangkan ternyata nongkrong di kafe sambil melihat hiruk-pikuk jalanan ibu kota. Abang pintar juga memilih letak

