“Dek …” Renjana menyentuh bahu sang istri dengan begitu lembut, sebab sejak mereka memasuki mobil, sang istri terlihat menjadi sangat pendiam, yang membuat atmosfer di dalam mobil terasa suram, penuh keheningan juga ketegangan. Bahkan saat Renjana memasang sabuk pengaman, bunyi kliknya terdengar keras karena keadaan mereka yang diam-diaman. Renjana akhirnya kembali melepas sabuk pengaman, duduk miring menghadap Sera yang tatapannya terlihat begitu nanar menatap ke depan. ”Sayang … Kenapa, heum?” Renjana mengusap lembut pipi Sera. Dia raih tangan wanita itu dan dia kecup-kecup lembut. Mereka masih berada di parkiran lapas. Rasa sesak juga masih kental terasa di d**a Renjana mengingat tangis Aida, namun dia tidak ingin larut dalam kesedihan yang juga akan membebani Sera. “Sayangku

