Apartemen Ryan dan Nina sudah sepi, Riry sudah tidur, tapi Nina belum juga bisa tidur. Ia hanya mondar-mandir sambil menggigiti kukunya gelisah di dalam kamar. Bunyi pintu apartemen dibuka membuat Nina tersentak. Ia berlari keluar kamar. “Baru pulang, Mas?” sambut Nina sedikit tergesa. Ryan menatap istrinya heran. “Iya, lagi banyak pasien nih hari ini. Omong-omong, kamu kenapa? Kok mukamu kayak gelisah gitu?” “Eh, kelihatan banget, ya?” “Iya. Ada yang mau kamu ceritain?” tanya Ryan lembut. Nina mengangguk. “Kalau gitu aku mandi dulu sebentar, ya? Terus kita ngobrol. Boleh tolong bikinin teh anget tawar?” “Boleh dong, Mas. Cuma bikin teh sih bisa.” Nina tersenyum. Kegelisahan yang sejak tadi menggelayuti hatinya sedikit mereda hanya karena permintaan sederhana Ryan itu. “Makasih, S