“Riry, buka pintunya, Ri!” Nina berseru sambil mengetuk pintu kamar Riry. Begitu tiba di apartemen, Riry langsung berlari masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. “Riry, ayo bicara sama Mama Nina, kenapa Riry nggak mau punya adik?” Nina berseru, tapi mati-matian menahan nada lembut dalam suaranya. Semata agar Riry tidak takut dan antipati padanya. “Nggak mau!” Riry balas berseru dari dalam kamar. “Ngobrol dulu, Sayang, biar jelas alasan Riry nggak mau tuh kenapa?” “Enggak, enggak! Pokoknya nggak mau!” Kali ini bukan hanya berseru, Riry menjerit keras. Nina pun panik. Ia bergegas menghampiri bu Yati yang sedang mengangkat jemuran. “Bu, bantuin, Bu,” pintanya. “Eh, bantu apa, Mbak Nina?” “Bantu bujuk Riry biar mau keluar dari kamar. Dari dateng tadi dia ngunciin diri di kamar,” jelas N