Berkat bantuan sekuriti, akhirnya Sherly dan Rani berhasil dilerai. “Ayo, aku antar ke halte terdekat,” ucap Ryan pada Rani yang masih menangis. Bagaimanapun ia tak bisa membiarkan mantan pekerjanya pulang begitu saja dalam keadaan sangat buruk seperti ini. Rambut Rani acak-acakan, wajahnya sembab dan merah, bahkan ada bekas pukulan di pipi kirinya. “Ryan, kamu mau ke mana?” rengek Sherly tiba-tiba. Ryan tak menggubris, Ia bersama sekuriti membantu Rani berdiri. “Ryan, aku juga sakit loh. Lihat, mukaku memar kena tonjok dia. Kamu nggak mau bantu obatin aku?” Ryan berdecak pelan. “Obati sendiri,” pungkasnya lantas bergegas mengantar Rani yang masih terus sesenggukan. “Ryan! Ryan, kok kamu malah pergi sih?” Dari arah berlawanan, Nina dan Riry yang baru saja hendak menyusul Ryan pun m