“Apa kamu bilang?” Ryan mengernyit tak percaya. Rani yang duduk di hadapan kedua majikannya itu berkata mantap. “Beneran, Mas, mbak Sherly cuma minta dikabari soal jadwalnya mbak Nina, mau pergi ke mana aja dalam sehari, gitu.” Ia mengulangi lagi kalimatnya. Ryan menoleh ke samping, menatap istrinya khawatir. Sementara Nina masih tampak terkejut. “Mau ngapain dia?” lirihnya sedikit takut. “Nina, kamu harus menempatkan pengawal di samping kamu. Karena aku juga kerja, nggak mungkin bisa mengawasi kamu terus.” Ryan mencoba memberi saran. Nina menelan ludah. “Iya, nanti aku bilang papa atau mama.” “Aku nggak tahu apa tujuannya, tapi untuk beberapa hari pertama, kita bisa mencoba mengelabui dia dulu.” Ryan sudah beralih ke rencana selanjutnya. “Maksudnya gimana, Mas?” tanya Nina. Otaknya