bc

TANAH BERDARAH

book_age18+
6
FOLLOW
1K
READ
powerful
warrior
tragedy
mystery
scary
genius
realistic earth
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Polan dikenal sebagai pria yang tak banyak bicara namun pikirannya tak bisa diam. Menjadi kepala rumah tangga yang bertanggungjawab pada istri dan anak bukanlah perkara mudah bagi Polan. Dia ingin memberikan satu tempat yang nyaman dimana seluruh keturunannya akan berkumpul dan menjadi satu. Dimana dan bagaimanakah Polan menemukan tempat itu? Apakah usaha yang dia lakukan akan membawa hal yang baik?

chap-preview
Free preview
DURA
Pada tahun 1970, seorang pria memutuskan untuk membuka suatu perkampungan agar memiliki tempat tinggal untuknya dan anak-anaknya. Pria itu bernama Polan. Polan sudah memilih tempat yang akan ia buka. Tempat itu bernama DURA. Entah apa yang merasukinya, dia meminta izin kepada istri dan anak-anaknya yang tinggal dirumah orangtuanya untuk pergi sementara waktu. Pria itu menaiki bus dan berhenti di sebuah tempat yang penuh dengan pepohonan tinggi dan besar. Wilayah yang ingin ia buka adalah hutan yang belum terjama oleh manusia. Hutan itu, dahulu seringkali ia lewati saat perjalanan jauh. Entah bagaimana, ide itu muncul begitu saja pada Polan. Ia ingin melakukan yang terbaik bagi keluarganya yang saat ini masih menumpang dirumah orangtuanya. Orang biasa akan berpikir bagaimana bisa ia membuka suatu lahan sendirian. Namun, ada satu rahasia Polan yang hanya sedikit orang yang tahu. Polan pernah bersemedi di sebuah gua untuk mendapatkan kekuatan dalam melindungi dirinya dan keluarga. Banyak ilusi yang bisa ia lakukan bahkan kekuatannya melebihi orang biasa. Hal terlucu dari kehidupan Polan adalah bahwa ia mantan seorang guru agama. Ia memutuskan untuk berhenti karena gaji yang tak seberapa dan pembayaran dilakukan menggunakan beras yang datang setiap 3 bulan sekali. Untuk membiayai kehidupannya dan keluarga, ia beternak celeng dan kerbau di bawah kolong rumah orangtuanya. Bagaimana pun juga, Polan besar dari keluarga petani dan peternak. Polan yang ingin membuka lahan, menyembunyikan cangkul, kapak, golok, tali, gerobak sorong dan peralatan lainnya yang ia butuhkan di dalam hutan. Ia memulai pekerjaannya sendiri. Dimulai dari menebang pohon dengan kapak, mengumpulkan batang pohon menggunakan tali, membakar dedaunan dan mencangkul lahan. Mencangkul di lakukan untuk membersihkan tanah dari akar-akar pohon dan tumbuhan liar. Polan menghabiskan waktu berbulan bulan untuk membuka lahan. Agar tak menarik perhatian orang banyak, Polan tidak membuka lahan pada pinggir hutan namun sedikit masuk kedalam sehingga aktivitasnya tak diketahui. Selama membuka lahan, Polan akan pulang seminggu sekali kerumah orangtuanya. Pada minggu pertama Polan menumpang tidur pada temannya yang bertempat tinggal tak terlalu jauh dari Dura. Setelah seminggu berlalu, Polan tinggal di dalam hutan karena ia telah membuat gubuk kecil dari pohon yang ia tebang. Ia hanya akan keluar dari hutan untuk berbelanja bahan makanan. Waktu yang ditunggu telah tiba, Polan memberitahukan pada sang istri bahwa lahan yang ia buka telah dibersihkan beberapa rante. “Mak, sebenarnya selama ini aku membuka lahan di tengah hutan untuk menjadi tempat tinggal kita. Aku melakukannya agar kita punya tempat tinggal sendiri. Untuk membangun rumah, kita hanya perlu menjual celeng dan kerbau kita.” “Kenapa bapak tak mengatakan yang sejujurnya? Kalau dari awal jujur, kita menyewa orang lain untuk membantumu.” “Jangan begitu. Aku melakukannya diam-diam agar tak ada orang yang merebutnya dari kita. Bagaimanapun juga ini bisa menjadi masa depan yang baik untuk anak-anak.” “Baiklah jika menurut bapak itu adalah benar. Jadi apa saja yang perlu kita lakukan untuk kepindahan kita?” “Kamu jelaskan ke anak-anak jika kita akan pindah. Untuk bapak dan ibu, biar aku yang mengurusnya. Aku akan menjual segala kerbau dan celeng milik kita, uangnya akan kita gunakan untuk membangun rumah. Sisanya akan kita gunakan untuk bertani.” “Aku percayakan semuanya kepada bapak.” Istri Polan yang bernama Rina memanggil semua anak-anaknya untuk berkumpul. Anak-anaknya berjumlah 5 orang yaitu Darto, Rocky, Hermi, Hani dan Reza. “Anak-anak kita akan segera pindah ke suatu tempat yang bernama Tele. Bapak akan menjual kerbau dan celeng milik kita untuk membangun rumah. Selagi dalam pembangunan, Darto dan Rocky akan ikut dengan bapak, selebihnya akan bersama ibu disini.” “Mak, apakah tempat yang kita tuju ramai dan nyaman?” tanya Reza sebagai anak yang paling kecil. “Kalian tenang saja. Tempat itu nyaman untuk kita semua.” **************** Polan mendatangi rumah yang disebut sebagai tuan takur. Tuan takur adalah orang yang paling kaya dikampung Polan. Ia memiliki banyak sekali kerbau, celeng, tanah dan persawahan. “Silahkan masuk, Polan.” “Aku ingin menjual kerbau dan celeng padamu.” “Aku suka caramu yang tanpa basa-basi. Berapa banyak yang akan kau jual?” “Kerbau sebanyak 5 ekor dan celeng ada 14 ekor.” “Akhhh, belakangan ini harganya sedang turun. Aku tak tahu harus memberikan harga berapa untukmu.” “Berapa harga yang kau tawarkan?” “Untuk induk kerbau aku akan memberikan harga 75.000/ekor sedangkan anak kerbau aku harus melihat ukurannya terlebih dahulu. Untuk celeng harganya sekitar 25.000/ekor untuk induk dan aku tak menerima anaknya.” (sambil menghisap tembakau yang ada pada tangannya) “Aku ingin kau naikkan 5.000 dari tiap ekor kerbau dan celeng milikku karena ukurannya besar dan terawat. Bagaimana?” “Akhhh, kau ini. Belajarlah untuk berbasa-basi Polan.” “Aku sedang tak ada waktu. Apa kau setuju atau tidak? Jika tidak, aku akan mencari penjual lainnya yang menginginkan kerbau dan babi milikku.” “Akhhhh, baiklah jika begitu. Aku dan anggotaku akan segera kesana melihat peliharaanmu. Tunggu sebentar, aku bersiap-siap.” Polan memang memiliki watak yang tak banyak bicara. Memiliki jiwa pemimpin dan tidak suka ribet. Ditambah lagi, tuan takur memiliki watak mata duitan. Itu membuat Polan harus bersikap tegas. “Ayo Polan kita kerumah orangtua mu. Roniiiii bawa pekerja 10 orang dan siapkan Daihatsu untuk membawa celeng.” (ucapnya dengan nada pamer) Rumah tuan takur tak jauh dari tempat Polan sehingga kerbau akan digiring oleh pekerja tuan takur sampai kepada peternakan miliknya. Setelah selesai dengan pengangkutan dan survey yang dilakukan oleh tuan takur terhadap ternak milik Polan, maka tuan takur menyerahkan sejumlah nominal uang kepada Polan. “Ini Polan untuk hasil penjualan ternakmu. Tak salah aku membeli darimu. Hasilnya sungguh memuaskan.” “Terimakasih jika begitu. Istriku sudah menyiapkan minuman untukmu dan anggotamu, mampirlah sebentar kerumahku.” Tuan takur yang suka berbicara tentu membuatnya lama berada dirumah orangtua Polan. Ditambah lagi, orangtua Polan terlihat akrab dengannya. Polan yang ikut dalam perkumpulan lebih banyak diam dan menghisap tembakau miliknya. Sedangkan anak-anaknya sedang dibawah kolong rumah memberi makan pada anak-anak celeng yang tertinggal. Tentu mereka sedih namun bapaknya telah membuat keputusan dan mereka harus menuruti. Polan bukanlah bapak yang kejam namun ia juga bukan bapak yang banyak berbicara. Hal itu, membuat setiap anaknya akan mengerti bahwa apa yang bapaknya sampaikan adalah sebuah keharusan. Lagipula, Polan tak pernah berbicara kasar pada anak-anaknya yang justru membuat mereka hormat pada Polan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Aggreement

read
80.9K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.0K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.5K
bc

Scandal Para Ipar

read
693.7K
bc

JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU

read
4.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
624.3K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook