bc

The Barista : Femme Fatale

book_age18+
68
FOLLOW
1K
READ
adventure
dark
arrogant
tragedy
scary
ambitious
evil
detective
realistic earth
crime
like
intro-logo
Blurb

WARNING! MATURE CONTENT 21+ TINDAKAN KRIMINAL YANG ADA DI DALAM NOVEL BUKAN UNTUK DITIRU!

Jika kau tidak memiliki uang, maka tidak akan ada orang yang akan membantumu ketika kau sedang berada dalam masalah. Begitulah kehidupan di kota besar yang sangat individualis. Beruntungnya aku adalah orang yang bergerak atas dasar ego milikku sendiri. Aku tidak bergerak karena uang. Paras cantikku sudah cukup untuk menjerat para lelaki dan membuat mereka memberikan uangnya kepadaku. Aku adalah Lilia, Si Wanita Mematikan. Berhati-hatilah jika bertemu denganku, atau kau tidak akan pulang dalam keadaan hidup.

Cover by @summer.bwi

chap-preview
Free preview
Catatan 1
Catatan Penyelidikan Agen The Barista Kode Agen : Lilia Kode Kasus : Petra Moon Wilayah Kasus : Pusat Kota Deskripsi Kasus : Beberapa anak kecil dilaporkan hilang dari kawasan kumuh pusat kota. Dicurigai bahwa mereka hilang karena diculik. Pihak kepolisian meminta bantuan The Barista secara khusus untuk menyelidiki kasus ini. Kepolisian dan pihak pelapor akan menerima apapun hasil akhir dari penyelidikan dan merelakan apabila korban tidak berhasil kembali dalam keadaan selamat. Catatan penyelidikan secara rinci mulai dari awal hingga akhir akan dijabarkan pada halaman selanjutnya. Catatan Penyelidikan Halaman Ke-1 Hari ini, aku tengah berada di kota Brussel, Belgia. Aku mendapatkan sebuah panggilan lintas negara dari agen Nova. agen Nova memberitahuku bahwa di pusat kota tengah ada kasus pelik yang bergulir. Agen di pusat kota kewalahan menyelidiki kasus tersebut dan memintaku untuk terjun langsung dalam penyelidikan. Setelah menerima telepon, saat itu juga aku terbang langsung dari belgia menuju ke negara asalku. Perjalanan udara memakan waktu tujuh jam. Aku mendarat di bandara pusat kota, dan langsung disambut oleh seorang gadis muda yang cantik dengan rambut sebahu serta wajah campuran oriental dan barat. Dia adalah Bianka, seorang agen baru dari pusat kota, binaan langsung dari agen Nova dan telah menyelesaikan sebuah kasus besar yang bergulir selama lebih dari dua tahun. Bianka memiliki spesialisasi di bidang penyusupan dan spionase dengan jarak yang sangat dekat dengan target operasi. Bianka menjemputku langsung dari kedatangan internasional di bandara dan mengantarku menuju markas agen yang berada di pusat kota. Markas agen di pusat kota memiliki kedok sebagai kedai kopi kecil bernama Red Coffee. Di sana, aku bertemu dengan sahabat lamaku, yang juga seorang agen bernama Nova. Nova adalah seorang agen yang bertugas di belakang layar sebagai koordinator dan perancang strategi. Di antara aku, Bianka, dan Nova, hanya Nova sendiri yang menggunakan nama asli, karena Nova tidak terjun langsung ke lapangan dalam misi penyelidikan apapun, baik itu penyusupan maupun penyergapan atau penangkapan. Di sini, aku mendapatkan cerita lengkap mengenai penyelidikan yang telah berjalan. Seperti biasa, ketika The Barista pusat kota mendapatkan permintaan dari kepolisian untuk menyelidiki sebuah kasus, Nova menginstruksikan kepada agen yang berada pada divisi pengumpulan data untuk mencari bukti dan saksi atas kasus tersebut. Sayangnya, lagi-lagi kali ini The Barista mendapatkan kasus yang dieksekusi secara rapi oleh para pelaku sehingga barang bukti serta saksi sangat sulit untuk ditemukan. Salah satu agen juga telah mengunjungi kawasan kumuh untuk berbicara dengan keluarga para korban, namun hasilnya tetap saja nihil. Setelah satu bulan para agen tidak mendapatkan apapun, ditambah dengan kekhawatiran The Barista dengan keselamatan para korban, maka Nova memutuskan untuk menghubungiku, meminta bantuan agar kasus ini segera terpecahkan. Aku adalah seorang agen yang terkenal nakal dan suka menggunakan cara kotor untuk memecahkan sebuah kasus. Aku memiliki hubungan baik dengan banyak kriminal yang berada di seluruh dunia. Meskipun aku berkata jika aku terhubung dengan banyak kriminal, tapi jumlah kriminal yang tidak terhubung denganku memiliki jumlah yang jauh lebih banyak. Kasus yang harus aku pecahkan kali ini adalah sebuah kasus penculikan, sehingga aku berinisiatif untuk menghubungi beberapa kriminal yang suka berurusan dengan penculikan. Aku kenal dengan seorang kriminal yang bersembunyi di tengah hiruk pikuk pusat kota. Seakan tidak memiliki rasa lelah, aku seketika berjalan keluar dari Red Coffee untuk melanjutkan penyelidikanku hari ini juga. Aku meminta Bianka untuk meninggalkanku sendirian dan membiarkanku mengerjakan tugasku sendiri. Aku sempat menangkap tatapan khawatir dari mata Bianka, tapi Nova meyakinkan Bianka jika semuanya akan baik-baik saja. Aku berjalan sendiri menyusui pusat kota yang padat dan sibuk. Hari telah berangsur malam ketika aku sampai di sebuah apartemen elit yang berada di salah satu sudut pusat kota. Aku mengetahui jika tidak sembarang orang dapat memasuki apartemen tersebut. Terdapat sebuah kode yang harus dimasukkan untuk mendapatkan akses masuk. Jika salah memasukkan kode maka pintu tidak akan terbuka karena tuan rumah akan mengetahui jika yang berusaha memasuki kediamannya bukan orang yang berkepentingan dengannya. Pintu yang terpasang di apartemen ini memiliki sebuah kecerdasan buatan yang dapat mengenali seorang tamu dari ketukan pintu yang dilakukan oleh si tamu. Beruntung, aku mengetahui irama ketukan pintu untuk membuka pintu tersebut. Satu ketukan lembut di bagian kiri atas, dilanjutkan dengan dua ketukan kuat di bagian tengah, dilanjutkan lagi dengan dua ketukan lembut di bagian kiri atas. Setelah aku melakukan hal tersebut, sebuah lampu menyala berwarna biru dari gagang pintu pertanda aku telah berhasil memasukkan kode dengan baik. Aku putar gagang dari sebuah pintu klasik yang sekilas terlihat tidak memiliki sesuatu yang istimewa namun ternyata canggih tersebut, dan perlahan melangkahkan kakiku dengan hati-hati ke dalam unit apartemen yang terlihat mewah dan elegan. Ketika masuk ke dalam apartemen, aku tidak melihat satu orang pun berada di ruang depan. Saat aku terus berjalan menyusuri setiap ruang hingga ke ruang belakang, aku mencium aroma dari daging panggang yang terasa lezat, berlemak namun menggiurkan, yang menyebar hingga ke penjuru apartemen. Bahkan sejak dari ruang depan, sebenarnya aroma itu telah tercium meski samar. Aku rasa, tuan rumah sedang menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri karena aku yakin jika ia tinggal sendirian di dalam unit mewah yang luas ini. "Wah, kau sangat tidak sopan, Madame. Masuk kerumah orang tanpa izin," seru pria itu kepadaku. "Tidak sopan? Kau sendiri hanya memasang pintu dengan keamanan klasik seperti itu. Bagaimana mungkin wanita berkelas sepertiku tidak bisa menembusnya? Lebih baik kau pasang keamanan yang lebih canggih jika tidak ingin tertembus," jawabku sambil mendekati pria itu perlahan. "Hei, kau meremehkan sistem keamananku, Madame. Kau seharusnya sudah dapat mengetahui alat apa saja yang terpasang pada pintu depan milikku," jawab pria yang memiliki punggung yang bidang ketika aku melihatnya dari belakang. Jika aku tidak ingat bahwa pria di depanku adalah berandal, mungkin sudah kulumat habis pria itu dan kujadikan santapan sebelum tidurku. Pikiranku melayang jauh, halusinasiku telah berkelana liar sembari aku berjalan semakin mendekati pria tersebut, kemudian berdiri di sampingnya. "Ya ... Ya ... Ya, aku mengetahui segalanya, Sayang. Sistem keamanan yang menggunakan frekuensi suara, sehingga jika tempo dan kekuatan ketukanmu meleset sedikit saja, maka pintu tidak akan terbuka karena setiap suara menimbulkan frekuensi yang berbeda. Dan juga kau sebenarnya sudah memasang sensor sidik jari pada gagang pintunya. Jika aku tidak salah ingat, kau masih belum memasangnya ketika terakhir kali aku datang ke sini, tapi sekarang kau telah memasukkan sidik jariku ke dalam sistem keamanan milikmu. Dari mana kau mendapatkan data sidik jariku, Jacob?" terangku kepada pria bernama Jacob tersebut sambil melingkarkan salah satu tanganku ke atas pundaknya. "Itu bukan perkara sulit, Madame. Ada banyak hal yang yang bisa aku lakukan demi sebuah sidik jari dari seorang wanita istimewa seperti Madame Lilia. Hahahaha," jawab Jacob sambil mendekatkan wajahnya kepadaku. Kini wajahnya dan wajahku hanya berjarak beberapa sentimeter. Mungkin jika aku bergerak maju sedikit saja, bibirku dan Jacob akan bersentuhan. Namun sayangnya, meski Jacob memiliki tubuh yang aku dambakan, namun sifat buruknya tidak dapat membangkitkan gairahku sehingga meski wajahku dan Jacob saling berdekatan, detak jantungku tidak bertambah kencang. Jacob adalah seorang mafia kelas hiu. Bukan lagi kelas kakap, karena Jacob terkenal sangat buas dan licik di kalangan para mafia. Jacob adalah seorang penjual senjata api dan perlengkapan militer yang diproduksi resmi untuk angkatan bersenjata. Meski aku belum mengetahui lebih rinci tentang tata cara bisnis milik Jacob, tapi Jacob adalah salah satu aset berharga milikku karena ia memiliki koneksi yang luas dengan rantai mafia di seluruh dunia. "Gerangan apa yang membawamu ke sini, Madame? Aku tahu jika kau bukan jenis orang yang akan datang dengan tangan kosong," telisik Jacob sambil sedikit mengelus lembut pipiku. "Hah, inilah yang aku suka denganmu, Jacob. Kau adalah orang yang sangat peka," sahutku. Wajah kami masih saling berdekatan saat mengobrol seperti ini. Tapi lagi-lagi, aku tidak merasakan ada getaran aneh di d*daku. "Aku ingin meminta bantuanmu untuk menghubungi bocah itu. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepadanya." Aku melanjutkan kalimatku dengan lembut dan sedikit menggoda sambil sesekali mengelus tangan Jacob yang masih setia bertengger di pipiku. "Madame Lilia, sampai kapan kau akan terus bermain mata-mata seperti ini? Lebih baik bermainlah perang-perangan bersama kami, pasti jauh lebih menyenangkan dibandingkan berpura-pura menjadi agen intelejen," rayu Jacob kepadaku. Ia memainkan ibu jarinya untuk sedikit mengelus bibirku. "Jacobku Sayang, jika aku tidak bermain agen rahasia, siapa yang akan melindungi dan menjamin keselamatan ketika kalian tersangkut masalah hukum? Kau juga tahu jika para elit merupakan tikus rakus yang haus akan uang namun berlagak sok suci dengan menganggap pedagang seperti kita adalah sampah," jawabku sambil memegang tangan Jacob yang tengah mengelus pipiku, kemudian mengarahkan tangannya menjauh dari wajahku. "Baiklah, Madame. Ikut aku ke ruang kerjaku sekarang. Sepertinya kau tidak ingin terlalu bermain kali ini, hahaha." Jacob sedikit menggerutu sambil menjauhkan wajahnya dari wajahku. Dia mengambil makan malamnya yang telah matang, dan membawa makanan itu menuju ruang kerjanya dan aku mengikuti langkah jacob dari belakang. Ruang kerja jacob sebenarnya hampir sama dengan ruang kerja pada umumnya. Hanya saja, jika diperhatikan secara lebih seksama, terlihat ada sebuah senjata yang tersembunyi di atap. Jika Jacob merasa dirinya sedang berada dalam bahaya, dia bisa menghidupkan senjata yang dikendalikan oleh kecerdasan buatan tersebut untuk melindunginya. Jacob menghidupkan komputer yang ada pada meja kerjanya, kemudian menghubungi seseorang melalui panggilan suara dari komputer miliknya. Terlihat dari layar komputer Jacob, sebuah inisial nama seseorang yang terasa dekat denganku tertulis di sana. Tidak perlu menunggu lama, sebuah sambungan panggilan rahasia lintas negara terhubung. Panggilan dengan bahasa asing akan aku terjemahkan di sini sehingga jika seseorang membaca catatan penyelidikan ini maka ia daapt mengerti isi percakapan tanpa harus bersusah payah menterjemahkannya sendiri. "Hai Tuan Jacob, apakah Tuan akan memberiku uang? Tuan menghubungiku karena ingin memberiku uang bukan?" Suara seorang remaja laki-laki tanggung terdengar dari ujung sambungan telepon. "Hei Z, ini aku," jawabku singkat kepada seseorang yang aku panggil Z, sesuai dengan inisial nama yang tertera pada layar komputer milik Jacob. "Ah, Madame Lilia. Lama tidak berjumpa. Aku pikir Madame tengah berada di Belgia sekarang. Ada sesuatu yang bisa aku bantu, Madame? Jika Madame yang meminta bantuanku, aku tidak akan meminta uang karena mendengar suara Madame saja sudah menjadi candu bagiku," jawab Z dari ujung telepon. "Hei jaga mulutmu, Anak Kecil! Lihat dengan siapa kau berbicara, Z! Aku ingin meminta bantuan kepadamu untuk menyelidiki seseorang, apakah kau bisa?" sahutku sedikit ketus kepada Z. "Menyelidiki seseorang. Kenapa? Siapa? Apakah dia membunuh? Atau dia merampok? Jual beli senjata ilegal? Ah tapi apapun itu aku tidak peduli, Madame. Semuanya akan aku carikan untuk Madame-ku tersayang. Aku akan mengirimkan sebuah tautan kepada Madame, kemudian Madame kirimkan data orang yang ingin diselidiki kepadaku," jawab remaja tanggung itu dengan genit kepadaku. Sebuah tautan terkirim ke komputer milik Jacob, kemudian aku buka tautan tersebut dan mengirimkan data yang diminta oleh Z sesuai dengan data yang aku terima dari berkas kasus penculikan yang tengah aku coba pecahkan. "Baiklah, Madame. Semua berkas telah aku terima dan aku lihat. Jujur saja aku tidak memiliki apa yang Madame cari saat ini, tapi aku bisa mencari informasi mengenai orang tersebut dan akan aku kirimkan langsung kepada Madame paling lambat dua hari sejak sekarang. Aku tidak akan menggunakan Tuan Jacob sebagai perantara, dan Madame tidak perlu mengetahui bagaimana aku akan mengirimkan berkas itu nantinya. Madame cukup menikmati hasilnya. Apakah semuanya sudah jelas?" "Baiklah, semuanya sudah jelas, Z. Sebenarnya jika kau serius, kau dapat bekerja dengan sangat baik. Tapi entahlah Z, terkadang kau bisa menjadi orang yang sangat genit bahkan kepada wanita yang jauh lebih tua dari dirimu." Catatan penyelidikanku hari ini aku akhiri sampai di sini. Aku akan berusaha menggambarkan semuanya serinci mungkin agar ketika aku menyerahkan catatan peyelidikanku kepada The Barista, mereka bisa mengerti segala situasi yang tengah aku hadapi. Laporan hari ini selesai.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook