Sementara di sisi lain Dendi yang masih menunggu sang ibu yang tidak mau berbicara atau pun makan itu membuat kepalanya hampir pecah. “ Ayolah mam, makan dulu, jangan sampai tar makin parah, Dendi tak bisa menjadi dokter mama…” Bujuk Dendi setiap kali mengunjungi sang ibu yang melakukan aksi protes terhadapnya. “ Lebih baik, mama mati daripada melihatmu menikah dengan seorang janda, dekat dengan janda saja tak mama izinkan, apalagi sampai kau akan menikahinya. Biarlah mama mati dan tak bertemu dengan janda si parasit yang akan menumpang hidup denganmu itu…” Jawab sang ibu ketus. “ Mam, meskipun Vania janda, tapi dia wanita yang memiliki harga diri dan tulus, dia tak pernah berharap apapun dari Dendi, bahkan setelah tahu siapa Dendi…” Dendi membela diri. “ Kau tertipu dengan rayuan maut

