17

1084 Words

"Di mana kamu? Kita harus bicara. Penting!" Ivy mendesah. "Sepertinya, dia memang sungguh-sungguh tak ingin melepaskanku," gerutunya jengkel. Di sampingnya, Reyhan terus mengemudi. Sesekali menoleh dan mengernyit. "Ya, nanti. Sekarang aku sedang sibuk!" "Berikan aku alamat rumahmu." "Apa? Yang benar saja. Tidak." "Bertanggung jawablah." Ivy mematikan HP. Ia sandarkan bahunya ke jok lalu memejamkan mata. "Siapa?" Reyhan mengernyit. Ivy kembali menegakkan tubuh. Menoleh dan tersenyum. "Yana. Dia ingin bertemu." Ivy sengaja berbohong. Ia tak ingin merusak mood sang kekasih dengan mengatakan Evan-lah yang baru meneleponnya. Pada Reyhan, ia telah mengatakan tengah mengurus perceraiannya dengan lelaki itu. Ivy dikagetkan oleh HP-nya yang kembali berdering. "Ada apa lagi?! Aku sedang s

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD