Mencintai lah dengan sewajarnya
Jangan biarkan rasa cinta kita kepada manusia melebihi cinta kita kepada sang pencinta.
Karena tidak ada cinta yang kekal melainkan cinta nya Allah.
Naira Az Zahra
Di siang hari yang sangat cerah,
Hiruk pikuk orang yang berlalu lalang kesana kemari seperti di kejar waktu.
Ya begitulah Susana di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.
Naira Az Zahra, seorang dokter muda spesialis bedah yang memiliki paras yang cantik. Tidak itu saja, dia juga terkenal baik hati dan ramah kepada siapa saja.
Naira memiliki seorang sahabat, yaitu Nindya Fitriani. Mereka sudah lama bersahabat dan hubungan mereka sangat baik, sudah seperti saudara kandung sendiri.
Nindya juga berprofesi sebagai dokter umum di rumah sakit yg sama dengan rumah sakit Naira bertugas.
Zaki Firdaus, seorang pemuda yang tampan, baik dan idaman para wanita. Di tambah dengan profesi nya sebagai seorang dokter yang menambah kharisma nya.
" Selamat pagi dok" sapa para perawat kepada naira yg melewati koridor rumah sakit.
" Pagi." balas Naira dengan senyum ramahnya.
Dan setelah itu Naira melanjutkan perjalanan nya menuju ruang kerjanya.
" Assalamualaikum Nindya." ucap Naira setelah memasuki ruangan nya.
" Waalaikumsallam Naira." balas Nindya yang sudah duduk manis di kursi kebanggaan nya.
Setelah itu Naira pun ikut duduk di kursinya yang berada di depan mejanya Nindya.
"Tumben lama datang nya Nai?"
" Hmmm biasalah, kejebak macet, namanya juga di Jakarta."
Jawab Naira atas pertanyaan temannya itu.
" Ooo, oh ya Nai,nanti kamu ada jadwal operasi gak?"
" Ada, tapi cuman satu jadwal aja nanti.
Emang nya kenapa?"
" Hmm temani aku belanja nanti yuk, sebentaaaaar aja."
Ajak Nindya sambil mengerjap - ngerjapkan mata hazelnya berniat untuk membujuk wanita itu agar mau pergi bersama nya.
" Hmmm gimana ya" Naira mencoba untuk menakut-nakuti Nindya.
" Mau dong Nai, plissssss."
" Iya deh iya, nanti aku temani".
" Benaran nih, oh makasih sayang aquh" Nindya langsung bersorak bahagia mendengar jawaban Naira.
Setelah itu mereka melanjutkan pekerjaan nya masing-masing. Nindya pergi ke ruang UGD, dan Naira bersiap - siap untuk melakukan operasi.
Waktu berjalan begitu cepat.
Tak terasa Naira dan Nindya sudah berada di parkiran rumah sakit dan akan berangkat ke mall untuk menemani Nindya berbelanja.
Setelah sampai di mall, mereka langsung masuk kedalam nya dan mencari barang-barang yang akan di beli.
" Eh Nai, aku mau pergi ke toko makeup itu dulu ya, kamu mau ikut apa mau nunggu disini aja?"
Tanya Nindya sebelum pergi.
" Aku nunggu disini aja ya, capek soalnya jalan terus"
" Oh ok lah, aku kesana dulu ya, by." ia melambaikan tangannya sambil berjalan menuju toko makeup yang di maksud.
Setelah itu Naira duduk di cafe yang ada di dalam mall tersebut sambil meminum coklat panas yang sebelumnya udah dia pesan.
Bosan pun datang menghampiri Naira. Ya sudah hampir Setengah jam sejak Nindya pergi belum juga ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan kembali.
Naira pun berniat untuk menyusul Nindya. Namun
Bukkk
Aww
Ya itu suara ringisan nya Naira. Dia tidak sengaja menabrak seorang pengunjung dan kepala nya terbentur di dada bidang orang yang di tabrak nya itu.
Ya orang yang di tabrak nya itu adalah seorang pria.
" Eeh maaf mas saya gak sengaja." Naira yang merasa bersalah pun langsung meminta maaf.
" Gk papa kok mbak." kata pria itu sambil mengangkat kepalanya untuk melihat si pelaku ini.
Deg
Deg
Deg
" Zaki"
" Naira"
Ucap mereka bersamaan.
" Ma...ma...maaf saya Ki, saya tidak tau kalau itu kamu." Naira yang terkejut langsung meminta maaf kepada Zaki.
" Gak papa kok Nai, lagian gak ada yang luka juga kan." jawab Zaki sambil menampilkan senyuman manis nya pada Naira.
Untuk saat ini Naira tidak bisa mengontrol jantung nya sendiri.
" Senyuman itu... senyuman yang sangat aku rindukan." batin Naira mulai berbicara.
Ya Zaki itu adalah teman satu fakultas Naira dulu.
Dari dulu Naira memang diam diam menyukai Zaki, namun dia tidak berani untuk mengatakannya. Sampai saat setelah kelulusan, mereka tidak pernah bertemu lagi, sehingga menimbulkan rasa rindu yang sangat mendalam bagi Naira.
Dan saat ini, mereka kembali di pertemukan seperti ini. Bahagia?ya itu yang di rasakan oleh Naira sekarang ini. Tapi dia juga takut.
Naira takut dia kembali tidak bisa mengontrol hatinya.
" Ahm..." Deheman Zaki tersebut membuyarkan lamunan Naira.
" Kamu kenapa Nai, kok malah ngelamun?" Tanya Zaki penasaran.
" Eng... enggak kok, tadi cuman teringat sesuatu aja"
" Oh kirain ada apa apa lagi. Kalau boleh tau kamu ngapain disini sendirian."
" Aku cuma lagi nunggu teman aja disini."
Zaki hanya manggut-manggut aja mendengar jawaban Naira.
" Nai, ayo kita pu...lang"
Suara Nindya terputus saat melihat pria yang bersama Naira.
" Kamu Zaki kan? yang satu fakultas Dengan kami dulu?" tanya Nindya.
" Iya, kamu Nindya sahabat nya Naira ya?"
" Hehe iya, ternyata kamu masih ingat juga sama kami."
Nindya yang berbicara sambil terkekeh.
" Ya masih dong masa sama teman sendiri aku lupa."
" Iya juga ya." Jawab Nindya sambil menggaruk tengkuknya yang ketutup hijab.
" Nin, kamu udah siap belanja nya? Kalau udah ayo kita pulang." Naira bersuara setelah lama terdiam untuk menetral kan detak jantungnya.
" Udah kok, ayo kita pulang"
" Ki, kita pulang dulu ya,
Semoga kita bisa ketemu lagi di lain waktu." pamit Nindya kepada Zaki, dan Zaki hanya tersenyum saja begitu juga dengan Naira.
Setelah itu ketiga orang itu
sama - sama pergi meninggalkan mall tersebut.
Dalam perjalanan pulang.
" Nai, kamu masih suka ya sama Zaki?"
Tanya Nindya tiba tiba.
Mendengar nama Zaki disebut dia pun langsung menoleh kearah temannya itu.
" Maksud kamu apa"
Naira malah balik nanya.
" Ya ampun Nai, bukannya dari dulu itu kamu suka sama Zaki, kok malah balik nanya sih."
Nindya berbicara dengan sedikit kesal.
" Aku juga gak tau Nin, dari dulu itu kalau aku ketemu sama Zaki detak jantung ku selalu jadi gak normal. Aku kira dengan kepergian nya waktu itu bisa merubah perasaan ku padanya, tapi ternyata dugaan ku salah.
Setelah bertemu kembali dengan nya, justru perasaan yang berusaha aku hilang kan malah semakin dalam terhadap nya" Naira mulai berbicara panjang lebar kepada Nindya.
Nindya sangat mengerti bahwa bagaimana perasaan sahabat nya ini.
" Kamu yang sabar ya Nai, suatu saat kamu pasti bisa bersatu dengan Zaki "
Nindya mencoba menguatkan Naira.
" Bersatu gimana Nin, dia aja kayaknya gak punya perasaan apapun sama aku"
" Kamu percayakan sama Allah, Allah itu maha
membolak-balikkan hati manusia, jika Allah sudah berkehendak maka semua bisa terjadi."
" Ingat Nai, kamu itu orang yang baik dan Solehah. Allah pasti sudah merencanakan sesuatu yang indah untukmu."
Naira sangat terharu dengan kata kata yangdi ucapkan sahabatnya itu.
Dia tidak menyangka bahwa Nindya juga bisa bersikap dewasa seperti ini.
" Makasih ya Nin, karena kamu sudah mengingatkan aku atas semuanya."
" Sama sama Nai, itulah fungsi seorang sahabat untuk saling mengingatkan."
Setelah itu mereka saling berpelukan. Nindya yang melihat sahabatnya menangis juga ikut meneteskan air mata nya. Ia sangat tahu betapa rapuhnya wanita yang ada di pelukan nya ini.
Vote dan coment nya jangan lupa y,,,
Satu voment kalian sangat berharga bagi author