“Reina…” Bentakan Mas Alan membuat Khamila berjengit. “Sudah kukatakan bahwa nanti pengacaraku akan mengurus segala sesuatunya. Jadi aku bisa menjalani kehamilan keduaku ini dengan tenang. Tidak perlu lagi ada air mataku yang terbuang percuma karena menunggumu pulang, padahal aku tahu pasti kamu sedang b******u dengan Khamila, Mas.” “Tidak perlu lagi kepura-puraan di antara kita bertiga, terutama aku, berpura bahagia padahal hanya semu. Jangan khawatir, aku sudah merelakan Mas Alan untuk kamu kuasai. Tidak perlu lagi ketakutanmu untuk berbagi suami denganku. Aku… lelah.” Pungkasku. Kusandarkan punggung ke sofa, mencari posisi nyaman. Tidak ada respon dari keduanya. Baik Mas Alan dan Khamila sama-sama diam, mungkin mereka bingung dan kaget karena aku memberikan Mas Alan dengan suka rela