Beberapa detik kemudian, aku mendengar jawaban lirih dari bibir Mbak Yanti. “Nggak boleh An. Mbak kan istri orang. Ibarat kata, Mbak tu sudah miliknya orang. Kalau Aan suka ngintipin Mbak, sama saja kek mencuri milik orang. Ngerti kan?” katanya. “Oooo gitu ya?” tanyaku, “tapi kalau misalnya yang punya setuju, gimana Mbak?” “Maksudnya?” tanya Mbak Yanti. “Mencuri kan kalau tanpa seijin pemilik, kalau pemiliknya setuju kan berarti, aku nggak nyuri,” jawabku. “Gila kamu ya? Kamu mau ngomong Mas Hendro kalau kamu ngintip Mbak?” tanya Mbak Yanti dengan cepat dan nada panik. Aku terbengong. Edan apa? Nggak mungkin aku bakalan ngomong gitu. Bisa-bisa parang melayang kalau kek gitu ceritanya. “Ya nggak Mbak, maksudku, kan yang punya tubuh Mbak ya Mbak sendiri. Kalau Mbak nggak marah, kan b