Barisan mulai bergerak perlahan, mendaki setapak yang mengarah ke atas bukit. Rumput ilalang bergoyang ditiup angin, dan batu-batu kecil di jalur hiking mulai terasa seperti ujian mental dan fisik bagi peserta. Untuk pertama kalinya … seluruh mahasiswa St. Heliora terlihat setara. Tidak ada asisten pribadi. Tidak ada emblem keluarga yang bisa menyelamatkan. Tidak ada bros Flameborn yang bersinar. Yang ada hanya: tanah, keringat, napas berat, dan langkah kaki yang sama jauhnya untuk semua orang. Flameborns yang terbiasa dimanjakan mulai terengah-engah. “Astaga,” desah salah satu Flameborns, napasnya berat, “aku... ini hiking atau latihan militer sih …” “Harusnya tadi gue sarapan lebih banyak,” gumam lainnya sambil memegang lututnya. Dan dari tengah kerumunan, terdengarlah suara paling

