Ketika Mafia Menjawab Panggilan Perang

1432 Words

Jia mengerjap pelan, tubuhnya masih terasa lemah. Matanya menyapu sekeliling ruangan. Dindingnya velvet hitam, lampu neon ungu, botol kristal di rak dinding. Jelas ini bukan tempat biasa. Matanya kembali pada Melissa, yang masih duduk anggun di sofa berlapis beludru, martini tak tersentuh di tangan kiri, ancaman di tangan kanan. “Lucien selalu main-main,” kata Melissa, senyumnya miring. “Damien? Anak anjing yang bisa ditertawakan. Tapi Seojun … ” Matanya menyipit. “Dia terlalu … eksklusif.” Dia menyandarkan tubuhnya ke depan, mata tajam menusuk Jia. “Kamu tahu berapa banyak yang kukorbankan untuk bisa duduk di Claret Room?” suaranya mulai naik. “Berapa banyak pesta yang harus ku-sponsori? Berapa banyak dosen yang harus kubantu … ‘secara personal’ agar ranking-ku bisa lolos standar siala

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD