bc

Dalam Pelukan Sang Pembunuh

book_age18+
173
FOLLOW
1.0K
READ
revenge
dark
love-triangle
HE
age gap
mafia
heir/heiress
drama
bxg
brilliant
city
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Di usia dua belas tahun, Alicia harus menanggung luka paling kelam dalam hidupnya, menyaksikan ayahnya tewas di tangan Juan Antares, pria yang berusia awal tiga puluh tahun yang dingin, berkuasa, dan mematikan. Malam itu, di bawah deras hujan dan pekatnya kegelapan, ia yakin ajalnya pun akan segera menyusul.Namun takdir mempermainkannya. Juan justru membawanya pulang, merawat, dan membesarkannya hingga Alicia tumbuh menjadi gadis jelita yang mampu memikat siapa pun, bahkan Juan yang kini telah beristri.Dendam lama yang membara menjelma menjadi permainan berbahaya. Alicia menggoda Juan, menjerat hatinya, dan bertekad menghancurkan rumah tangga pria itu sebelum menuntaskan balas dendam. Tetapi semakin dekat ia pada targetnya, semakin kabur pula batas antara kebencian dan cinta.Mampukah Alicia mengeksekusi rencana kejamnya? Atau justru ia akan jatuh dalam jebakan ciptaannya sendiri?

chap-preview
Free preview
1. Malam Berdarah
Di tengah kelamnya malam dan derasnya hujan, seorang gadis remaja bernama Alicia, berusia dua belas tahun, berdiri terpaku di sudut jalan. Tubuhnya menggigil bukan hanya karena udara dingin yang menusuk tulang, melainkan juga karena ketakutan yang mencekik. Di hadapannya, sang ayah tergeletak bersimbah da~rah, setelah dihantam brutal oleh seorang pria bertubuh tinggi besar. Kilatan petir sesekali menyibak gelap, menyingkap wajah sang pembu~nuh yang penuh amarah, matanya menyala seperti binatang buas yang haus mangsa. Alicia menggigit bibirnya sampai berda~rah, mencoba menahan isak. Ia tahu, sekarang gilirannya yang akan jadi korban. Sejak beberapa minggu lalu, ayahnya sering mengajaknya berpindah-pindah, tidur di emperan atau bangunan kosong. Ayahnya selalu berjanji, “Sedikit lagi, Nak. Kita akan temukan tempat baru, hidup baru.” Tapi di lubuk hati, Alicia sudah merasa ada sesuatu yang salah, seolah mereka tengah diburu. Ayahnya selalu berpindah tempat. Dan malam ini, firasat itu menjadi nyata. Pria tinggi besar itu perlahan melangkah mendekatinya. Setiap derap kakinya terdengar menenggelamkan suara hujan. Alicia ingin berlari, tapi tubuhnya lemas, kakinya terasa terpaku di tanah. Bayangan pria itu membesar, menutupi cahaya lampu jalan yang redup. Saat Alicia memejamkan matanya, ia sudah pasrah menunggu ajal. Tapi tiba-tiba, tubuhnya terasa melayang. Nafasnya tercekat, kaku, bahkan ia tidak berani membuka mata. Angin malam dan rintik hujan menghantam kulitnya yang pucat, membuat tubuh kurusnya semakin menggigil. Perlahan, dengan rasa takut yang luar biasa, Alicia membuka mata. Dunia di sekitarnya berputar cepat. Lampu jalan, aspal basah, dan bayangan pepohonan tampak seperti berlari mundur di matanya. Baru ia sadari, tubuh mungilnya digendong kasar di pundak pria bertubuh besar itu, seolah ia hanya karung beras tak bernyawa. Alicia meronta, meninju punggung pria itu dengan tenaga seadanya. Namun, tangannya justru memukul keras otot sekeras batu. Pria itu tidak bergeming. “Diam!” suaranya berat, dingin, menggema seperti raungan binatang bu~as. Alicia tercekat. Tangisnya yang tertahan akhirnya pecah. Ia memanggil nama ayahnya, berharap itu bisa menghentikan mimpi buruk ini. Namun hanya sunyi dan suara hujan deras yang menjawab. "Diam! Aku paling benci mendengar suara tangisan! Kalau tidak diam juga, aku akan membuat kamu menyusul ayah mu itu!" Tanpa menunggu jawaban Alicia, pria itu terus berjalan cepat melewati gang-gang sempit. Sesekali Alicia bisa melihat bayangan samar rumah-rumah tua, jendela gelap, jalanan kosong yang tidak seorang pun berani melintas. Entah pria itu mau membawanya ke mana. Alicia hanya tahu satu hal, ia bukan lagi seorang anak bebas, melainkan sudah menjadi tawanan. Ketakutan semakin mencekik ketika pria itu akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan tua yang tampak terbengkalai. Cat dindingnya terkelupas, jendela pecah, dan pintunya menimbulkan derit suara saat didorong, rasanya seperti suara film horor yang pernah dia tonton. Aroma lembap langsung menyergap hidung Alicia. Di dalamnya, hanya ada kegelapan. Pria itu melemparkan tubuh Alicia ke lantai kayu yang dingin dan basah. Gadis kecil itu meringkuk, memeluk dirinya sendiri sambil menatap sosok besar yang kini berdiri di hadapannya. Alicia menatap pria itu dengan mata melebar, bingung antara takut atau lega. Ia tidak menyangka, orang yang baru saja membu~nuh ayahnya kini malah menutupi tubuhnya dengan kemeja hangat. Hidungnya masih mencium bau da~rah samar yang menempel pada kain kemeja itu. Tubuh Alicia tetap gemetar, bukan hanya karena dingin, tapi juga karena rasa takut bercampur bingung. Ia berusaha menjauh, namun pria itu tiba-tiba meraih tubuh mungilnya dan mengangkatnya ke dalam pelukan. Seakan-akan tahu kalau Alicia sedang kedinginan, dan dia memberikan kehangatan pada Alicia melalui pelukannya. Pelukan yang hangat, tapi juga menyesakkan. Seperti sebuah jerat yang tidak bisa dilepaskan. Pria itu menatap wajah Alicia dalam-dalam. Tatapannya tajam, seakan ingin mencari sesuatu di balik mata bocah itu. Bibirnya bergetar dan menggumam lirih, “Sangat mirip…” Alicia menelan ludah, tidak paham. Mirip siapa? pikirnya. Namun ia tidak berani bertanya. Walaupun wajah di depannya cukup tampan, namun wajahnya terlihat angker dan dingin. Pria itu mendengus, seakan berusaha mengusir kenangan yang tiba-tiba menyeruak di kepalanya. Dengan nada berat, ia berkata lirih, "Tidurlah. Besok kita masih punya perjalanan panjang." Ia menurunkan Alicia perlahan ke lantai kayu yang dingin, tapi tetap membiarkannya terbungkus kemeja hangat itu. Sesaat sebelum berbalik, matanya masih sempat menatap wajah Alicia, kali ini bukan dengan amarah, melainkan dengan sesuatu yang lebih rumit, penuh dendam, sekaligus kerinduan. Alicia menggigit bibirnya, memeluk tubuhnya sendiri, dan mulai menangis tanpa suara. Ia tahu pria itu adalah pembu~nuh ayahnya. Tapi di balik sorot matanya, Alicia juga merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, seolah pria itu mengenalnya jauh sebelum malam itu. ********** Entah sudah jam berapa. Yang jelas, malam itu terasa begitu panjang. Suasana hening menyelimuti, hanya suara binatang malam yang terdengar samar, seakan ikut menambah rasa mencekam di d**a Alicia. Gadis itu duduk meringkuk, memeluk lututnya. Sejak kecil ia terbiasa hidup mandiri, karena ibunya meninggal ketika usianya baru empat tahun. Kehilangan itu membuatnya tumbuh lebih cepat dewasa dibanding anak-anak seusianya. Namun, kali ini ketegaran itu perlahan runtuh, digantikan rasa takut yang terus menghantui pikirannya. "Apa jadinya kalau pria itu menjualku?" bisiknya dalam hati, tubuhnya bergetar hebat. Alicia sibuk dengan pikirannya, entah apa yang akan dilakukan pria berwajah angker itu padanya. Walaupun tampan, namun wajah pria itu terlihat menyeramkan. Bayangan buruk semakin menghantam benaknya. Ayahnya hanya seorang pekerja kasar, dan mereka tinggal di kawasan padat penduduk. Lingkungannya keras, dipenuhi cerita kelam yang selalu membuat Alicia ngeri. Ia teringat pada Rose, salah seorang wanita penghibur di sekitar rumahnya. Rose sering bercerita padanya, dengan mata penuh luka masa lalu. "Jangan pernah jadi gadis penghibur seperti aku, Alicia. Sulit sekali keluar dari dunia kelam ini. Aku dulu diculik saat masih kecil... dan sejak itu hidupku hancur." Kata-kata itu terus terngiang di telinganya. Ditambah lagi, akhir-akhir ini ramai terdengar isu tentang perdagangan organ manusia. Membayangkan semua itu saja sudah membuat bulu kuduk Alicia berdiri. Dengan perasaan was-was, ia menoleh. Samar-samar, ia melihat pria itu menyender di tembok. Suara dengkurnya terdengar jelas di tengah keheningan malam. Inilah saatnya. Dengan langkah pelan, Alicia berdiri. Jantungnya berdetak kencang, nyaris meloncat keluar dari dadanya, tapi ia berusaha menahan napas. Satu langkah, dua langkah, lalu tiga langkah... hingga akhirnya tangannya berhasil meraih gagang pintu yang tidak tertutup rapat. Sedikit cahaya dari luar menerobos masuk, memberi harapan pada Alicia untuk bebas. Namun baru saja jemarinya menyentuh handel pintu itu, Tap! Sepasang tangan kasar tiba-tiba mencengkeram kuat kedua kakinya. Alicia tidak mendengar suara apapun sejak tadi, tapi kakinya kembali terperangkap. Alicia terperanjat, tubuhnya seketika membeku. Jeritannya pecah menembus keheningan. “Lepaskan aku!” Suara berat pria itu terdengar dekat di telinganya, begitu dingin hingga membuat darahnya membeku. “Aku sudah bilang! kamu tidak bisa kabur dariku.” Bersambung..........

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
294.0K
bc

Too Late for Regret

read
221.8K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.5M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.1M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
124.7K
bc

The Lost Pack

read
276.7K
bc

Revenge, served in a black dress

read
124.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook