Dylan keluar tanpa banyak kata, hanya menyempatkan diri melirik sekilas ke arah Ardan sebelum menutup pintu. Begitu Dylan pergi, Ardan langsung mendekati Luna, sementara Luna yang kesal dengan sikapnya hanya melemparkan tatapan sinis. "Nggak sopan banget ngusir Dokter," ketus Luna. Ardan mendengus, wajahnya tampak masam. "Dia harus tahu tempat. Selesai memeriksa ya langsung keluar. Buat apa dia lama-lama di sini? Dia cuma Dokter, kan?" Seketika Luna langsung menatapnya dengan tatapan jijik. "Dih… sok-sokan banget," sergahnya tajam. "Dia itu bukan Dokter biasa. Dia Dokter yang selama ini dianggap Cio sebagai Ayah," tegas Luna, menekankan setiap katanya. Ardan terdiam, hatinya semakin diliputi rasa kesal dan cemburu setelah mendengar ucapan Luna. "Siapapun yang dianggap ayahnya,