"VAN, lo punya obat buat ngilangin mager, nggak?" tanyanya, begitu telepon tersambung dengan temannya di seberang sana. Revan, salah satu teman Axel saat SMA yang sekarang berprofesi menjadi dokter hanya terdiam. Tidak ada suara apa pun dari seberang sampai Axel melirik panggilannya, apakah masih tersambung atau tidak. "Oi!" "Hm." Lalu ada suara gumaman samar dari seberang. "Obat mager? Lo serius nanya yang kayak gitu ke gue? Nggak salah, nih?" "Nggak, kan, lo dokter," jawabnya kalem. "Eh, kampret! Mager itu bukan penyakit lo banget, sialan! Ke mana si Axel yang biasanya paling rajin ngerjain tugas duluan? Ngapa lo bisa sampai keserang mager kayak gini, ha?!" sahut Revan yang terdengar emosi bukan main. Axel juga tahu itu. Dia paling anti dengan kata mager dari dulu, tapi entah kenap