“Mas, bantuin,” pinta Isla yang hendak mengenakan bustier. Zhen yang baru selesai mengaitkan kancing kemejanya beringsut ke belakang sang istri, menarik kepala resleting dari pangkal ke ujung relnya. Tak lupa mencumbu bahu dan leher Isla yang wanginya selalu membuat gairah prianya naik begitu saja. “Mas... hari ini Isla ngucap sumpah lho. Kalau telat bisa batal jadi Dokter.” Zhen terkekeh. Ia lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Isla, memeluk erat. Sementara padangannya lekat menatap pantulan sosok sang istri di kaca cermin. “I love you too, Mas.” “Boo, you read my mind again!” canda Zhen. “Makin jitu ya Mas?” “Hmm.” Zhen mengurai pelukannya. Di saat yang sama kedua putri mereka yang kini berumur 15 bulan menggedor pintu kamar. “Mama, Papa... Open the door.” Suar

