bc

Istri Kecil Sang Walikota

book_age18+
659
FOLLOW
2.6K
READ
HE
age gap
bxg
medieval
widow/widower
like
intro-logo
Blurb

Warning! Beberapa part dikhususkan untuk pembaca di atas 19 tahun!

Ella Katerina jatuh cinta pada pandangan pertama saat bertemu dengan pria yang usianya jauh lebih dewasa darinya. Ternyata, pria itu adalah calon mertuanya sendiri.

Sebastian Adams pun harus membuang jauh-jauh perasaannya pada gadis muda yang ternyata harus menikah dengan anaknya, Lucas Adams. Akan tetapi, tiba-tiba saja terjadi sesuatu yang membuat pernikahan Lucas dan Ella batal.

Lantas akankah Sebastian memberanikan diri untuk maju memiliki Ella menjadi wanitanya yang kedua?

"Keadaan menjadi rumit. Aku jatuh cinta pada pria yang tidak lain adalah ayah calon suamiku sendiri!" Ella Katerina.

chap-preview
Free preview
Perintah Pernikahan Dari Pemerintah
“Aku heran kenapa kau mau-mau saja dijadikan pelayan sama saudari-saudari tirimu itu, Ella.” Ella, si gadis yang memakai baju terusan motif bunga-bunga itu hanya tersenyum menanggapi ucapan satu-satunya teman yang dimilikinya. “Anna tidak begitu, lho,” sahutnya santai. Dia menyelipkan anak rambutnya yang berwarna merah kecoklatan ke telinga. “Dia benar-benar baik padaku.” Liana mendengkus, tak kuasa melihat Ella yang bodoh. “Anna pun sama saja. Dia memanfaatkanmu lebih parah daripada Michella, Ella!” “Aku cuma tidak ingin melihat mereka berteriak padaku, Liana. Kau tahu … di hidupku yang menjadi pilihan tepat adalah diam dan menuruti perintah Michella.” Ella melempar senyuman ke arah Liana yang menghela napas. “Hah … kedua gadis itu benar-benar sesuatu. Semenjak kematian ibumu tiga tahun lalu, mereka berlagak menjadi seperti nyonya besar!” Liana berbicara diiringi helaan napas panjang, menyayangkan hidup Ella yang berbalik seratus delapan puluh derajat. “Mau bagaimana lagi? Aku cuma bisa diam daripada diusir dari rumah yang dibangun oleh Ayah dan Ibu.” Benar. Rumah itu adalah hasil jerih payah ayah dan ibu Ella dari berdagang. Lalu setelah umur Ella menginjak usia sembilan tahun, sang ayah meninggal dunia dan satu tahun kemudian Ysla, ibu Ella menikah dengan seorang duda dua anak, Mike Anderson namanya. Pada awalnya Mike dan kedua anak kembarnya bersikap baik pada Ella, memperlakukan gadis itu seperti anak dan saudari sendiri. Namun, beberapa hari setelah Ysla menyusul suami pertamanya ke alam baka, mereka berdua, Mike dan Michella berubah menjadi sosok yang membuat Ella sering-sering mengelus dada. “Sekarang mereka mau apa lagi darimu?” tanya Liana ketika melihat Ella memilah-milah bahan pakaian di pasar. “Mereka ingin aku menjahit baju buat pesta di kediaman Kepala Desa bulan depan.” “Astaga mereka ini! Apa susahnya datang ke penjahit sendiri?!” Ella cekikikan melihat kekesalan Liana yang tidak bisa ditahan. Dia kemudian mengulurkan tangan untuk mengambil kain berwarna merah hati yang digantung bersama warna lain, tetapi di saat bersamaan ada seseorang yang juga mengambil kain tersebut dan membuat tangan keduanya bersentuhan. Gadis berusia sembilan belas tahun itu tersentak begitu menatap seorang pria dewasa di sampingnya, kemudian menarik tangan dan memeluknya di dada. “Maafkan saya. Tuan bisa mengambilnya. Saya bisa membeli warna lain.” Ella memang gadis muda yang penurut, tetapi bukan tanpa alasan dia membiarkan pria itu memiliki kain tersebut tanpa memperjuangkannya terlebih dulu. Itu karena pria yang berdiri di sebelahnya memakai pangkat bintang di seragamnya dan tersemat pena bulu di bagian dada. Artinya pria itu punya posisi tinggi semacam Walikota atau pegawai setingkat itu. “Tidak. Sepertinya Nona yang lebih dulu memegangnya, jadi kain itu milik Nona.” Ella mendongak dan memberanikan diri menatap pria tinggi yang rambutnya masih terlihat cukup hitam meski usianya hampir empat puluh tahun. Sementara Liana menunjukkan ekspresi kagum melihat seorang berpangkat tinggi, tetapi tetap menghormati rakyat biasa seperti mereka. “Kalau begitu, saya akan mengambilnya. Terima kasih, Tuan” Ella berkata pelan sambil menarik kain warna merah muda tersebut, kemudian memberikannya pada si penjual. “Saya akan membeli kain ini lima meter, Paman Julian!” “Permisi, Nona,” panggil Sebastian, pria dengan lima bintang di pundak kirinya. Ella menoleh dan menunggu apa yang hendak dia katakan. “Saya dari kota dan ini adalah pertama kali saya datang ke desa ini, jadi … apakah Nona bisa menunjukkan sesuatu yang bisa saya beli untuk anak saya?” “Tentu saja!” Suatu kebanggaan untuk Ella menjadi seseorang yang membimbing penduduk luar, berpangkat pula, keliling pasar dan merekomendasikan beberapa barang yang mungkin bakal cocok dijadikan hadiah. “Liana, ayo kita tunjukkan–” “Maaf, aku tidak bisa berlama-lama dan harus pulang sebelum pukul dua belas! Jadi, aku tidak bisa ikut denganmu.” Liana menunjukkan ekspresi menyesal, tetapi bibirnya juga sedikit tersenyum seolah menyimpan maksud lain. Liana pikir Ella bakal menggunakan kesempatan ini untuk menarik perhatian pria dewasa itu sebab daripada bertahan di rumah bersama keluarga tiri yang bagai iblis, lebih baik menjadi istri kedua seorang pegawai pemerintah seperti pria itu. “Kalau begitu saya permisi.” Liana lantas pergi meninggalkan Ella dan Sebastian berdua. Ella cukup kecewa melihat Liana yang tidak setia kawan, tetapi dia juga tahu jika temannya itu memang harus segera kembali sebelum majikannya pulang. Sekarang, dia harus menepati ucapannya sendiri, yaitu menemani Sebastian Adams berkeliling pasar. “Omong-omong, anak Tuan laki-laki atau perempuan? Berapa usianya?” tanya Ella agar tahu benda apa yang seharusnya dia rekomendasikan. “Dia laki-laki dan usianya sudah delapan belas tahun,” jawab Sebastian antusias, “Apa Nona punya ide?” Ella tampak berpikir, tetapi tak butuh waktu lama, dia mengajak Sebastian ke sebuah toko barang antik yang biasa menjual benda-benda dari luar negeri. Dia melangkah dengan cepat hingga tak sengaja bertabrakan dengan seseorang dari arah lain. “Saya minta maaf, Nona!” Pemuda berpakaian lusuh itu menunduk. “Tidak apa-apa. Saya baik-baik saja,” balas Ella lembut. “Pergilah. Kau bisa melanjutkan perjalananmu.” Pemuda itu berlalu dan setelah melewati Nona Muda tersebut, bibirnya menyeringai sambil menatap kantong uang yang baru saja dicurinya dari Ella. Sementara itu, Ella tidak menyadari apa pun, tetap melanjutkan langkahnya ke toko barang antik dan sesampainya di sana, gadis itu langsung mengambil sesuatu di antara barang-barang yang ada. “Saya pikir ini cukup bagus untuk anak Anda, Tuan.” Ella menunjukkan kompas kayu berbentuk bulat dengan ukiran di bagian pinggirnya. “Anak Anda adalah laki-laki berusia delapan belas tahun, saya yakin dia senang berpetualang dan pasti dia membutuhkan petunjuk arah seperti ini!” Sebastian menatap kompas tersebut dengan sorot yang sulit dimengerti dan itu membuat Ella kecewa. “Saya yakin anak Anda sudah punya banyak alat seperti ini,” gumam Ella seraya meletakkan kompas tersebut ke tempatnya kembali. Namun, dia segera berhenti ketika Sebastian memegang sikunya. “Tidak. Sepertinya itu adalah pilihan yang bagus!” Ella mengumbar senyum dan secara tidak langsung membuat Sebastian terpesona. Pria itu menatap Ella dalam-dalam seolah waktu berhenti dan ketika segerombolan orang masuk ke dalam toko dan tak sengaja membuat Ella terdorong hingga menabrak dadanya, jantungnya berdegup dengan kencang. Gadis itu segera menarik diri dan salah tingkah. “Maafkan saya, Tuan!” “Tidak, ini bukan salahmu juga.” Sebastian menjawab dengan perasaan tidak menentu, kemudian merebut kompas kayu tersebut dari tangan Ella. “Kalau begitu saya pergi membayar ini dulu.” “Baik.” Sementara Sebastian pergi untuk membeli kompas, Ella menunggu di depan toko sambil menghela napas, menenangkan detak jantungnya yang menggila saat tak sengaja menabrak dada pria yang pastinya sudah beristri itu. “Ella! Sadarkan dirimu! Dia seusia dengan ayahmu sendiri dan yang jelas … dia sudah beristri!” Dari dalam, Sebastian melihat Ella memukuli kepalanya sendiri, entah untuk apa. Namun, sesaat setelahnya Ella berjalan ke sisi kanan toko, memilih sebuah sepatu bermotif bunga yang sedang naik daun di desa. Setelah selesai bertransaksi, Sebastian melangkah keluar dan membuat gadis itu tersentak kaget. “Terima kasih, Nona. Berkat bantuan Nona, saya bisa mendapatkan hadiah untuk anak saya dengan mudah,” katanya. “Ah, ya. Saya merasa terhormat, Tuan.” “Bagaimana, Nona Ella? Apa Nona akan membelinya? Sepatu ini sangat cocok untuk Nona Ella!” Arsen, si penjual mengeluarkan jurus rayuan andalannya dia sempat melihat ekspresi Ella berbinar-binar. “Sepatu ini hanya tersisa satu karena hanya ada dua di desa ini! Jadi kalau Nona tidak membelinya, Nona pasti akan menyesal!” “Saya tahu Paman Arsen hanya merayu supaya aku membelinya!” Arsen tertawa canggung, tapi masih berusaha merayu Ella yang memang berlangganan di tokonya sejak dulu. “Saya bisa menyimpan sepatu ini kalau Nona Ella mau!” Ella tergoda, apalagi sepatu-sepatunya di rumah sudah usang dan dia pikir sudah waktunya untuk membeli satu yang baru. “Baiklah. Saya akan mengambilnya, Paman,” katanya sambil menyibak lapisan rok luarnya untuk mengambil kantong uang. Namun, betapa terkejutnya dia ketika kantong uangnya tidak ada di tempat. Gadis itu celingukan mencari kantong uangnya, ke jalanan yang dipenuhi orang-orang, bahkan ke arah pintu masuk toko barang antik sebelum akhirnya berlari ke dalam sana untuk mencarinya. Akan tetapi, Ella tidak menemukan apa pun dan kembali dengan ekspresi sedih. “Kantong uangku jatuh ….” Sebastian segera menghampiri untuk memastikan apa yang terjadi. “Apa ada masalah, Nona?” “Se-sepertinya kantong uang saya terjatuh, Tuan,” jawab Ella pelan. “Masih ada banyak daftar yang harus saya beli … bagaimana kalau Michella dan Ayah marah padaku?” Terlihat jelas ekspresi cemas dan takut di wajah Ella saat ini. Sebastian yang mendengar gumaman gadis itu pun merasa jika uang yang Ella bawa bukan sepenuhnya uang miliknya, melainkan milik sang ayah dan seseorang bernama Michella. “Tidak usah cemas!” Sebastian membuat Ella tersentak dan menatapnya. “Nona baru saja membantu saya, jadi biarkan saya membantu Nona karena saya tidak terbiasa berhutang budi.” Ella berpikir sejenak. Bukan dirinya menerima imbalan setelah melakukan hal baik kepada orang lain. Namun, situasinya benar-benar mendesak sekarang karena masih ada banyak hal yang harus dia beli seperti, kebutuhan makanan selama tiga hari kedepan, juga perlengkapan mandi. “Mari. Biarkan saya membalas kebaikan Nona.” Ella pun mengangguk setuju. Untuk kali ini dia akan menerima imbalannya daripada mendapat pelajaran dari Ayah dan juga Michella yang tidak terima pesanannya tidak lengkap. Sebastian pun akhirnya membelikan kebutuhan yang Ella catat dari rumah dan ternyata banyak sekali yang harus gadis itu bawa sementara jarak tempat tinggalnya ke pasar mencapai sepuluh kilometer jauhnya. Untuk pertolongan terakhirnya, Sebastian menyewakan sebuah kereta kuda yang bisa mengangkut semua belanjaan Ella dan membiarkan gadis itu pergi tanpa mencemaskan apa pun. “Terima kasih banyak, Tuan!” Pertemuan singkat dan penuh drama itu berakhir dengan Sebastian memandangi kereta kuda yang membawa gadis berambut merah kecoklatan itu pergi. Keduanya baru sadar jika mereka tidak saling tahu nama dan justru saling membantu seolah-olah tidak akan pernah bertemu. Sekitar dua jam berada di dalam kereta kuda, alat transportasi itu berhenti di sebuah rumah kokoh dengan halaman luas yang dipagari dengan tumbuhan setinggi perut orang dewasa. Ella menurunkan barang-barangnya dibantu oleh kusir, sementara Michella hanya memandangi melalui jendela kamarnya di lantai atas. “Hati-hati, Ella! Jangan sampai pesananku hancur gara-gara kau yang sembarangan!” Ella hanya mendesah panjang mendengar teriakan adik tirinya itu lalu tiba-tiba saja seseorang datang membantu. “Anna!” “Tidak apa-apa, Ella,” kata gadis delapan belas tahun itu dengan ekspresi menyesal. “Aku merasa bersalah padamu karena Michella dan Ayah.” Mendengar ucapan Anna barusan membuat Ella tersenyum. “Tidak apa-apa. Aku senang bahwa kau masih bersikap baik padaku. Setidaknya … aku tidak benar-benar sendirian di rumah ini.” Anna segera menggenggam tangan Ella setelah kereta kuda itu pergi. “Tidak! Memang seharusnya kami bersikap baik padamu mengingat bahwa kami lah yang menumpang di rumahmu. Maafkan aku, Ella.” Michella tersenyum mengejek di lantai atas melihat bagaimana Anna menunjukkan sikap baiknya. DIa benar-benar muak pada kembarannya itu. “Kenapa tidak sudahi saja pemandangan buruk itu dan cepat angkut semua barang-barangku sebelum diguyur hujan!” Anna menoleh ke atas, melempar tatapan sengit ke arah Michella yang lantas menutup tirai jendela, kemudian membantu Ella membawa semua barang itu masuk ke dalam rumah. Tepat setelah mereka mengangkat barang terakhir, hujan deras mengguyur seperti kata Michella tadi. Ella berdiri di dekat jendela, memeluk tubuhnya sendiri sambil memandangi aliran air yang jatuh dari atap genting. Rasanya menenangkan karena suara hujan punya irama sendiri yang membuatnya seperti berada di tempat paling damai di dunia ini. Lalu setelah beberapa saat berlalu terdengar suara tapak kuda yang mendekat. Tak hanya satu, tetapi ada beberapa kuda yang membuat Ella mengernyit heran saat melihat rombongan kuda dengan pangkat bintang di kepalanya. “Itu kuda milik pemerintah. Ada urusan apa mereka datang ke sini?” Segera Ella buka pintu rumahnya dan bergegas keluar sambil membawa payung untuk menyambut para pegawai pemerintah yang basah-basahan. Ada sebuah gulungan dari bambu merah, berarti dekrit pernikahan yang turun langsung dari pemerintahan. Michella yang melihat rombongan pemerintah pun segera turun bersamaan dengan Anna yang juga penasaran membawa kabar apa para pengawal tersebut. Ketika mereka berdua melihat gulungan warna merah itu, mereka saling melempar tatapan dan bertanya-tanya siapa yang bakal menerima perintah pernikahan tersebut. Pegawai bintang satu itu menarik selembar kertas dari dalam gulungan bambu, kemudian membacakan titah yang tertulis dengan keras. “Surat resmi dari pemerintahan! Gulungan merah ini datang dengan perintah pernikahan Ella Katerina dan Lucas Adams pada hari ke lima belas bulan delapan!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook